Total Tayangan Halaman

Sabtu, 17 Mei 2008

Allif Ali Aulia


Kamis, 8 Mei 2008 adalah hari yang cukup menegangkan bagi saya. Ketika saya akan berangkat kerja, istri saya menahan saya supaya tetap tinggal di rumah. Kemudian istri saya memberitahukan bahwa disekitar selangkangannya keluar begitu banyak cairan. Istri saya sedang hamil sembilan bulan. Tanda-tanda akan melahirkan itu datang.


Saya setengah panik, apa yang harus saya lakukan? Membawa istri ke rumah sakit adalah satu-satunya yang ada dipikiran saya. Tapi orangtua dari istri menenangkaan bahwa apa yang dialami oleh istri saya merupakan gejala yang umum terjadi pada perempuan yang akan melahirkan.


“Kamu jangan panik, ga usah dibawa ke rumah sakit, nanti kalau cairan itu sudah berhenti mengalir biasanya akan langsung diiringi dengan rasa mulas luar biasa, setelah itu baru kita panggil dukun beranak untuk membantu proses persalinan”


Tapi saya tetap tidak bisa tenang. Saya meminta izin kepada atasan bahwa saya tidak bisa masuk kerja hari ini sekalian mengabarkan kondisi istri saya yang akan melahirkan. Atasaan saya menganjurkan agar cepat-cepat dibawa ke rumah sakit. Takut terjadi apa-apa.


Akhirnya saya mengambil keputusan. Istri saya akan tetap saya bawa ke rumah sakit walaupun orangtuanya tidak mengizinkan. Saya telpon kenalan yang punya mobil untuk mengantar saya dan istri (juga keluarga) untuk mengantarkan ke rumah sakit. Jam sembilan pagi kami berangkat ke rumah sakit. Jam setengah sepuluh sampai di rumah sakit. Kami langsung masuk UGD memberitahukan bahwa istri akan melahirkan. Pihak UGD langsung menyuruh kami untuk masuk ke ruang bersalin. Tapi setibanya di ruang bersalin malah kami disuruh untuk daftar dulu di bagian administrasi untuk menjalani pemeriksaan terlebih dahulu.


Kami mengantri di bagian admission (pendaftaran) kurang lebih satu jam. Saya merasa sebal juga, kok teganya pihak rumah sakit menyuruh orang yang akan melahirkan untuk mendaftar seperti pasien umum biasa. Ya tapi karena ini masalah administrasi, kami hanya bisa ikut saja.


Setelah selesai mendaftar dibagian admisi kami langsung menuju poli ginek (kandungan) untuk memeriksa kondisi kandungan istri saya. Karena tahu bahwa istri saya akan melahirkan maka istri saya mendapat prioritas utama. Kami langsung dilayani. Dokter langsung memeriksa kondisi istri saya.


“Nanti saya cek dulu ya pak, pake kertas lakmus ini. Kalau basa (kertas lakmus berwarna biru) berarti cairan yang keluar dari ibu ini ketuban. Dan kalau memang ini air ketuban, istri bapak harus dirawat di ruang bersalin”.


Setelah dilakukan pengetesan ternyata betul, kertas lakmus itu berubah warnya menjadi biru. Dokter pun langsung menuliskan pengantar untuk istri saya supaya dirawat di ruang bersalin. Jam sebelasan istri saya masuk ke ruang bersalin. Saya ditemani orangtua dan kakak menunggu di luar. Pihak rumah sakit tidak mengizinkan saya bisa menemani istri. Saya bener-bener cemas.


Waktu satu jam berlalu. Saya masih sangat cemas luar biasa. Ketika ada salah seorang perawat keluar dari ruang bersalin, saya menanyakan kondisi istri saya. Katanya kondisi istri saya baru bukaan dua. Saya bertanya kira-kira kapan istri saya melahirkan. Dia menjawab kurang lebih dua belas jam lagi. Saya terkaget-kaget, masa sih selama itu.


Jam hampir menunjukkan ke angka satu. Saya bergegas pergi ke musholla untuk melakukan sholat dzuhur. Setelah sholat saya termenung sebentur berdoa kepada Allah Swt supaya memudahkan proses kelahiran. Dalam perenungan itu saya teringat pesan kakak bahwa saat istri akan melahirkan cobalah untuk bersedekah sambil diniatkan agar proses persalinannya lancar. Saya langsung berangkat naik ojek. Kebetulan dijalan tadi pas berangkat ke rumah sakit ada panitia pembangunan masjid yang berdiri di tengah jalanan mencari sumbangan. Saya pun bersedekah pada panitia itu sambil di dalam hati berniat semoga Allah membalasnya dengan kelancaran proses melahirkan istri saya. Berdoa semoga diselamatkan ibu dan anaknya.


Sesampai di rumah sakit jam dua lewatan. Saya duduk istirahat sebentar. Ketika jam setengah tigaan seorang suster lewat di depan saya. Saya kembali bertanya pada suster itu. Dan saya terkaget, kata suster istri saya sudah bukaan tujuh-delapan. Bukaan sepuluh adalah bukaan sempurna. Berarti hanya tinggal menunggu waktu. Pas mendekati jam tigaan saya beranjak lebih dekat dengan ruang bersalin. Saya berdoa dengan penuh khusyu. Setelah selesai berdoa saya menutup dengan sholawat kamilah yang biasa saya dendangkan setiap hari menjelang tidur (sambil mengusap perut istri saya), yang saya yakini sholawat ini sangat akrab dengan si cabang bayi. Selesai saya membaca sholawat, jam 15.05 terdengar suara tangisan kencang, kencang sekali, kemudian saya dipanggil oleh seorang perawat yang mengabarkan bahwa tangisan tadi adalah tangisan anak pertama saya. Ya pada hari kamis 8 Mei 2008 jam 15.05 telah lahir seorang bayi mungil seberat 3 Kg. Bayi laki-laki. Dan kini ia menyandang nama Allif Ali Aulia. Semoga engkau bisa mengumpulkan ketinggia para wali Allah.


7 komentar:

Anonim mengatakan...

Huaa arif, selamat yah! Baca ceritanya sama merinding, meneggangkan dan mengharukan sekali. Jangan di hapus blognya rif, siapa tau tar kalo anak2nya lagi browsing inet, baca blog ini. :P
Sekali lagi selamat yah, semoga jadi bapak yang baik, dan semoga anaknya jadi anak yang berbakti kepada orang tua. Amin. :D

Dimas mengatakan...

Alhamd Lancar bersalin-nya rif... Selamat berbahagia pren, atas kelahiran si buah hati. Moga alif menjadi anak yang sholeh, yang berbakti kepda orang tua, n berguna bagi agama dan masayarakat...
Trims sharingnya rif.. paling gak jadi taw harus ngambil tindakan apaan kalo istri dah mau ngelahirin.. (hehe pengen cepet ngikutin jejak arif)

Adzan W. Jatmiko mengatakan...

wih pengen nangis bacanya...
brarti dulu orang tua kita jg kyk gitu ya...
Rif selamat, semoga memiliki anak "berbobot" yang menyuarakan laaillahaillallah ke penjuru dunia amiin

AIR mengatakan...

@fajar, thx bro...terimakasih atas doanya. insya Allah tidak akan dihapus. btw kapan neh menyusul? :)

@dimas, thx bro...btw panggilan anakku "allif" bukan "alif". Semoga lekas menyusul (punya momongan) :)

@adzan, thx bro...amin utk doanya. Udah ngisi belum istri?

Dedy Kurniawan mengatakan...

walau telat... tapi tetap Selamat ya pak... semoga anak nt bs menjadi anak yang sholeh, yang bs membanggakan orangtuanya kelak di hadapan Allah

btw namanya bagus rif, semoga harapan nt terkabul :)

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah ya Rif..
pastinya membawa kebahagiaan lebih bagi keluarga..

Anonim mengatakan...

Rif, ya ampun! Merinding gw bacanya:(
Aniwei, selamet ya Rif;)
Semoga putranya bisa menjadi anak yang sholeh dan berbakti pada kedua orang tua;) Amieenn....