Total Tayangan Halaman

Rabu, 15 Desember 2010

Ziarah Kubur dan Tawasul

Oleh Habib Munzir (Majelis Rasulullah)


Tanya :
"Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh,selamat dn kesejahteraan smoga dicurahkan kpada habib dan kluarga,,amin..

Bib, orang tua saya dulu pernah menyuruh saya ziarah kemakam keramat(dlm hl ini orang yg dihormati atau makam ulama) supaya saya cepat mendapatkan pkerjaan. Saya bertanya apa yang harus saya lakukan dimakam,jawab beliau,mintalah kepada ahli kubur (dlm hl ìni ulama) agar doa saya disampaikan kepada ALLAH, tapi saya merasa galau,karena sepengetahuan saya, meminta bantuan kepada yang sudah mati,hukumnya adalah musyrik. Jadd saya tidak melaksanakan perintah ortu saya.

Saya mohon pendapat habìb tentang msalah di atas. Terimakasih sbelumnya.
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Jawab :
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,
penjelasannya panjang lebar, sebelum saya simpulkan, akan saya tampilkan untuk anda jawaban atas masalah ini (sitighatsah) yaitu memanggil orang yg sudah wafat untuk memberi bantuan., saya nukilkan dari buku saya : kenalilah akidahmu edisi 2, anda jangan tersinggung dg kalimat kalimat ini, karena ini adalah nukilan untuk memperjelas hukum, bukan ditujukan pada pribadi anda saudaraku :

II.8. ISTIGHATSAH
Istighatsah adalah memanggil nama seseorang untuk meminta pertolongannya, untuk sebagian kelompok muslimin hal ini langsung di vonis syirik, namun vonis mereka itu hanyalah karena kedangkalan pemahamannya terhadap syariah islam, pada hakekatnya memanggil nama seseorang untuk meminta pertolongannya adalah hal yg diperbolehkan selama ia seorang Muslim, Mukmin, Shalih dan diyakini mempunyai manzilah di sisi Allah swt,

tak pula terikat ia masih hidup atau telah wafat, karena bila seseorang mengatakan ada perbedaan dalam kehidupan dan kematian atas manfaat dan mudharrat maka justru dirisaukan ia dalam kemusyrikan yang nyata,

karena seluruh manfaat dan mudharrat berasal dari Allah swt, maka kehidupan dan kematian tak bisa membuat batas dari manfaat dan mudharrat kecuali dengan izin Allah swt, ketika seseorang berkata bahwa orang mati tak bisa memberi manfaat, dan orang hidup bisa memberi manfaat, maka ia dirisaukan telah jatuh dalam kekufuran karena menganggap kehidupan adalah sumber manfaat dan kematian adalah mustahilnya manfaat, padahal manfaat dan mudharrat itu dari Allah, dan kekuasaan Allah tidak bisa dibatasi dengan kehidupan atau kematian.

Sama saja ketika seorang berkata bahwa hanya dokter lah yang bisa menyembuhkan dan tak mungkin kesembuhan datang dari selain dokter, maka ia telah membatasi Kodrat Allah swt untuk memberikan kesembuhan, yang bisa saja lewat dokter, namun tak mustahil dari petani, atau bahkan sembuh dengan sendirinya.

Terkadang kita tak menyadari bahwa kita lebih banyak mengambil manfaat dalam kehidupan ini dari mereka yang telah mati daripada yang masih hidup, sungguh peradaban manusia, tuntunan ibadah, tuntunan kehidupan, modernisasi dan lain sebagainya. Kesemua para pelopornya telah wafat, dan kita masih terus mengambil manfaat dari mereka, muslim dan non muslim, seperti teori Einstein dan teori – teori lainnya, kita masih mengambil manfaat dari yang mati hingga kini, dari ilmu mereka, dari kekuatan mereka, dari jabatan mereka, dari perjuangan mereka, Cuma bedanya kalau mereka ini kita ambil manfaatnya berupa ilmunya, namun para shalihin, para wali dan muqarrabin kita mengambil manfaat dari imannya dan amal shalihnya, dan ketaatannya kepada Allah.

Rasul saw memperbolehkan Istighatsah, sebagaimana hadits beliau saw : “Sungguh matahari mendekat dihari kiamat hingga keringat sampai setengah telinga, dan sementara mereka dalam keadaan itu mereka ber-istighatsah (memanggil nama untuk minta tolong) kepada Adam, lalu mereka beristighatsah kepada Musa, Isa, dan kesemuanya tak mampu berbuat apa apa, lalu mereka beristighatsah kepada Muhammad saw” (Shahih Bukhari hadits no.1405),

juga banyak terdapat hadits serupa pada Shahih Muslim hadits No.194, Shahih Bukhari hadits No.3162, 3182, 4435, dan banyak lagi hadist2 shahih yang Rasul saw menunjukkan ummat manusia ber istighatsah pada para Nabi dan Rasul, bahkan Riwayat Shahih Bukhari dijelaskan bahwa mereka berkata pada Adam, Wahai Adam, sungguh engkau adalah ayah dari semua manusai.. dst.. dst...dan Adam as berkata : “Diriku..diriku.., pergilah pada selainku.., hingga akhirnya mereka ber Istighatsah memanggil – manggil Muhammad saw, dan Nabi saw sendiri yang menceritakan ini, dan menunjukkan beliau tak mengharamkan Istighatsah.

Maka hadits ini jelas – jelas merupakan rujukan bagi istighatsah, bahwa Rasul saw menceritakan orang – orang ber-istighatsah kepada manusia, dan Rasul saw tak mengatakannya syirik, namun jelaslah Istighatsah diperbolehkan bahkan hingga dihari kiamat kepada para hamba yg dekat pada Allah di hari kiamat, dan ternyata dihari kiamat Istighatsah diizinikan Allah swt hanya untuk Sayyidina Muhammad saw.

Demikian pula diriwayatkan bahwa dihadapan Ibn Abbas ra ada seorang yang keram kakinya, lalu berkata Ibn Abbas ra : “Sebut nama orang yg paling kau cintai..!”, maka berkata orang itu dengan suara keras.. : “Muhammad..!”, maka dalam sekejap hilanglah sakit keramnya (diriwayatkan oleh Imam Hakim, Ibn Sunniy, dan diriwayatkan oleh Imam Tabrani dengan sanad hasan) dan riwayat ini pun diriwayatkan oleh Imam Nawawi pada Al Adzkar.

Jelaslah sudah bahwa riwayat ini justru bukan mengatakan musyrik pada orang yang memanggil nama seseorang saat dalam keadaan tersulitkan, justru Ibn Abbas ra yang mengajari hal ini.

Kita bisa melihat kejadian Tsunami di aceh beberapa tahun yang silam, bagaimana air laut yang setinggi 30 meter dengan kecepatan 300km dan kekuatannya ratusan juta ton, mereka tak menyentuh masjid tua dan makam makam shalihin, hingga mereka yang lari ke makam shalihin selamat. Inilah bukti bahwa Istighatsah dikehendaki oleh Allah swt, karena kalau tidak lalu mengapa Allah jadikan di makam – makam shalihin itu terdapat benteng yang tak terlihat membentengi air bah itu,

yang itu sebagai isyarat Illahi bahwa demikianlah Allah memuliakan tubuh yang taat pada-Nya swt, tubuh – tubuh tak bernyawa itu Allah jadikan benteng untuk mereka yang hidup.., tubuh yang tak bernyawa itu Allah jadikan sumber Rahmat dan perlindungan-Nya swt kepada mereka mereka yang berlindung dan lari ke makam mereka.

mereka yang lari berlindung pada hamba – hamba Allah yang shalih mereka selamat, mereka yang lari ke masjid – masjid tua yang bekas tempat sujudnya orang – orang shalih maka mereka selamat, mereka yang lari dengan mobilnya tidak selamat, mereka yang lari mencari tim SAR tidak selamat..

Pertanyaannya adalah : kenapa Allah jadikan makam sebagai perantara perlindungan-Nya swt?, kenapa bukan orang yang hidup?, kenapa bukan gunung?, kenapa bukan perumahan?.

Jawabannya bahwa Allah mengajari penduduk bumi ini beristighatsah pada shalihin. Walillahittaufiq

--

lalu pula didukung oleh hadits shahih Bukhari dan Shahih Muslim dan lainnya dan dijelaskan oleh Imam ibn Katsir dalam tafsirnya bahwa Rasul saw mengajarkan kita bersalam pada ahlulkubur.
berkata Imam Ibn Katsir, ini menunjukkan ahlulkubur menjawab salam orang yg bersalam padanya, karena jika mereka tak mendengar maka tak dibenarkan bersalam pada benda mati, dan didukun riwayat shahih bahwa ahlilkubur senang dengan kedatangan para peziarah padanya.

kesimpulannya saudaraku, meminta pada para wali Allah swt tidak syirik, apakah ia masih hidup atau telah wafat, karena kita tak meminta pada diri orang itu, kita meminta padanya karena keshalihannya, karena ia ulama, karena ia orang yg dicintai Allah

maka hal ini tidak terlarang dalam syariah dg dalil yg jelas.

namun kalau pribadi saya, saya lebih senang berdoa pada Allah, dengan mengambil perantara pada Rasulullah saw, karena beliau saw sudah jelas diterima oleh Allah swt perantaraannya bahkan hingga hari kiamat.

saya sering berziarah pada shalihin dan para wali, tapi berdoa pada Allah, bukan meminta pada ahlilkubur, namun berdoa didepan jasad shalih mereka, disaksikan ruh mereka, insya Allah lebih cepat diijabah oleh Allah.

berikut saya perjelas mengenai tawassul, saya nukilkan dari buku saya Kenalilah akidahmu edisi 2 :

II.7. TAWASSUL
 
Saudara saudaraku masih banyak yang memohon penjelasan mengenai tawassul, wahai saudaraku, Allah swt sudah memerintah kita melakukan tawassul. Tawassul adalah mengambil perantara makhluk untuk doa kita pada Allah swt, Allah swt mengenalkan kita pada Iman dan Islam dengan perantara makhluk-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw sebagai perantara pertama kita kepada Allah swt, lalu perantara kedua adalah para sahabat, lalu perantara ketiga adalah para tabi’in. Demikian berpuluh – puluh perantara sampai pada guru kita, yang mengajarkan kita islam, shalat, puasa, zakat dll, barangkali perantara kita adalah ayah ibu kita, namun diatas mereka ada perantara, demikian bersambung hingga Nabi saw, sampailah kepada Allah swt.

Allah swt berfirman : “Hai orang – orang yang beriman, bertakwalah atau patuhlah kepada Allah swt dan carilah perantara yang dapat mendekatkan kepada Allah SWT dan berjuanglah di jalan Allah swt, agar kamu mendapatkan keberuntungan” (QS.Al-Maidah-35).
Berkata Imam Ibn katsir menafsirkan ayat ini :

Wasilah adalah sesuatu yg menjadi perantara untuk mendapatkan tujuan, dan merupakan perantara pula ilmu tentang setinggi tinggi derajat, ia adalah derajat mulia Rasulullah saw di Istana beliau saw di sorga. Dan itu adalah tempat terdekat di sorga ke Arsy, dan telah dikuatkan pd shahih Bukhari dari jalan riwayat Muhammad bin Al Munkadir, dari Jabir bin Abdillah ra, sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yg berdoa ketika mendengar seruan (adzan) :Wahai Alla Tuhan Pemilik Dakwah ini Yang Maha Sempurna, dan Shalat Yang didirikan, berilah Muhammad perantara dan anugerah, dan bangkitkanlah untuk beliau saw derajat yg terpuji yg telah Kau Janjikan pada beliau saw, maka telah halal syafaat dihari kiamat”.

Hadits lainnya pada Shahih Muslim, dari hadits Ka;ab dari Alqamah, dari Abdurrahman bin Jubair, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, sungguh ia mendengar Nabi saw bersabda : Jika kalian mendengar muadzin, maka ucapkan seperti ucapan mereka, lalu bershalawatlah padaku, maka sungguh barangsiapa yg bershalawat padaku sekali maka Allah melimpahkan shalawat padanya 10x, lalu mohonlah untukku wasiilah (perantara), maka sungguh ia merupakan tempat di sorga, tiada diberikan pada siapapun kecuali satu dari hamba Allah, dan aku berharap agar akulah yg menjadi orang itu, maka barangsiapa yg memohonkan untukku perantara, halal untuknya syafaat.

Dan hadits lainnya berkata Imam Ahmad, diucapkan pada kami oleh Abdurrazzak, dikabarkan pada kami dari sofyan, dari laits, dari Ka;ab, dari Abu Hurairah ra : Sungguh Rasulullah saw bersabda : Jika kalian shalat maka mohonkan untukku wasiilah, mereka bertanya : Wahai Rasulullah, (saw), wasiilah itu apakah?, Rasul saw bersabda : Derajat tertinggi di sorga, tiada yg mendapatkannya kecuali satu orang, dan aku berharap akulah orang itu
Selesai ucapan Imam ibn Katsir
.
(Tafsir Imam Ibn Katsir pd Al Maidah 35)

Ayat ini jelas menganjurkan kita untuk mengambil perantara antara kita dengan Allah, dan Rasul saw adalah sebaik baik perantara, dan Hadits hadits ini jelas bahwa Rasul saw menunjukkan bahwa beliau saw tak melarang tawassul pada beliau saw, bahkan orang yang mendoakan hak tawassul untuk beliau saw sudah dijanjikan syafaat beliau saw.

Tawassul ini boleh kepada amal shalih, misalnya doa : “Wahai Allah, demi amal perbuatanku yang saat itu kabulkanlah doaku”, sebagaimana telah teriwayatkan dalam Shahih Bukhari dalam hadits yang panjang menceritakan tiga orang yang terperangkap di goa dan masing – masing bertawassul pada amal shalihnya, Allah swt membuka sepertiga celah goa tempat mereka terperangkap berkat tawassul orang pertama pada amal shalihnya, namun mereka belum bisa keluar dg celah itu, maka orang kedua bertawassul pada amal shalih yg pernah diperbuatnya, maka celah terbuka 2/3 dan belum bisa membuat mereka keluar dari goa, maka orang ketiga bertawassul pula pada amal baiknya, maka terbukalah celah goa keseluruhannya.

Namun dari riwayat ini bisa difahami bahwa tawassul pada amal shalih sendiri tidak bisa menyelamatkan dirinya, namun justru sebab dua orang lainnya maka mereka semua bisa selamat..
Jelas sudah bertawassul pada orang lain lebih bisa menyelamatkan daripada tawassul pada amal sendiri yg belum tentu diterima, namun tawassul pada orang shalihh yg sudah masyhur kebaikan dan banyaknya amal ibadahnya, akan lebih mudah dikabulkan Allah swt, lebih lagi tawassul pada Rasulullah saw.
Dan boleh juga tawassul pada Nabi saw atau orang lainnya, sebagaimana yang diperbuat oleh Umar bin Khattab ra, bahwa Umar bin Khattab ra pada riwayat shahih Bukhari :

 
Dari Anas bin Malik ra sungguh Umar bin Khattab ra ketika sedang musim kering ia memohon turunnya hujan dengan perantara Abbas bin Abdulmuttalib ra, seraya berdoa : “wahai Allah.., sungguh kami telah mengambil perantara (bertawassul) pada Mu dengan Nabi kami (Muhammad saw) agar kau turunkan hujan lalu Kau turunkan hujan, maka kini kami mengambil perantara (bertawassul) pada Mu Dengan Paman Nabi Mu (Abbas bin Abdulmuttalib ra) yang melihat beliau sang Nabi saw maka turunkanlah hujan” maka hujanpun turun dg derasnya. (Shahih Bukhari hadits no.954)

Berkata Hujjatul Islam Al imam Ibn Hajar Al Asqalaniy mensyarahkan hadits ini : 

maka diambil faidah dari kejadian Abbas ra ini menjadi hal yg baik memohon syafaat pada orang orang yg baik dan shalih, dan keluarga Nabi saw, dan pada hadits ini pula menyebutkan keutamaan Abbas ra dan keutamaan Umar ra karena rendah dirinya, dan kefahamannya akan kemuliaan Abbas ra. (Fathul Baari Bisyarah Shahih Bukhari Bab Al Jum;ah no.954)

Riwayat diatas menunjukkan bahwa :
1. Para sahabat besar bertawassul pada Nabi saw dan dikabulkan Allah swt.
2. Para sahabat besar bertawassul satu sama lain antara mereka dan dikabulkan Allah swt.
3. Para sahabat besar bertawassul pada keluarga Nabi saw (perhatikan ucapan Umar ra : “demi Paman nabi” (saw). Kenapa beliau tak ucapkan namanya saja?, misalnya Demi Abbas bin Abdulmuttalib ra?, namun justru beliau tak mengucapkan nama, tapi mengucapkan sebutan “Paman Nabi” dalam doanya kepada Allah, dan Allah mengabulkan doanya, menunjukkan bahwa Tawassul pada keluarga Nabi saw adalah perbuatan Sahabat besar, dan dikabulkan Allah.

Dan boleh tawassul pada benda, sebagaimana Rasulullah saw bertawassul pada tanah dan air liur sebagian muslimin untuk kesembuhan, sebagaimana doa beliau saw ketika ada yang sakit : “Dengan Nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yang sakit pada kami, dengan izin Tuhan kami” (shahih Bukhari hadits No.5413, dan Shahih Muslim hadits No.2194), ucapan beliau saw : “demi air liur sebagian dari kami” menunjukkan bahwa beliau saw bertawassul dengan air liur mukminin yang dengan itu dapat menyembuhkan penyakit, dengan izin Allah swt tentunya, sebagaimana dokter pun dapat menyembuhkan, namun dengan izin Allah pula tentunya, juga beliau bertawassul pada tanah, menunjukkan diperbolehkannya bertawassul pada benda mati atau apa saja karena semuanya mengandung kemuliaan Allah swt, seluruh alam ini menyimpan kekuatan Allah dan seluruh alam ini berasal dari cahaya Allah swt.

Riwayat lain ketika datangnya seorang buta pada Rasul saw, seraya mengadukan kebutaannya dan minta didoakan agar sembuh, maka Rasul saw menyarankannya agar bersabar, namun orang ini tetap meminta agar Rasul saw berdoa untuk kesembuhannya, maka Rasul saw memerintahkannya untuk berwudhu, lalu shalat dua rakaat, lalu Rasul saw mengajarkan doa ini padanya, ucapkanlah : “Wahai Allah, Aku meminta kepada Mu, dan Menghadap kepada Mu, Demi Nabi Mu Nabi Muhammad, Nabi Pembawa Kasih Sayang, Wahai Muhammad, Sungguh aku menghadap demi dirimu (Muhammad saw), kepada Tuhanku dalam hajatku ini, maka kau kabulkan hajatku, wahai Allah jadikanlah ia memberi syafaat hajatku untukku” (Shahih Ibn Khuzaimah hadits No.1219, Mustadrak ala shahihain hadits No.1180 dan ia berkata hadits ini shahih dengan syarat shahihain Imam Bukhari dan Muslim).

Hadits diatas ini jelas – jelas Rasul saw mengajarkan orang buta ini agar berdoa dengan doa tersebut, Rasul saw yang mengajarkan padanya, bukan orang buta itu yang membuat buat doa ini, tapi Rasul saw yang mengajarkannya agar berdoa dengan doa itu, sebagaimana juga Rasul saw mengajarkan ummatnya bershalawat padanya, bersalam padanya.

Lalu muncullah pendapat saudara – saudara kita, bahwa tawassul hanya boleh pada Nabi saw, pendapat ini tentunya keliru, karena Umar bin Khattab ra bertawassul pada Abbas bin Abdulmuttalib ra. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari diatas, bahkan Rasul saw bertawassul pada tanah dan air liur.

Adapula pendapat mengatakan tawassul hanya boleh pada yang hidup, pendapat ini ditentang dengan riwayat shahih berikut : “telah datang kepada utsman bin hanif ra seorang yang mengadukan bahwa Utsman bin Affan ra tak memperhatikan kebutuhannya, maka berkatalah Utsman bin Hanif ra : “berwudulah, lalu shalat lah dua rakaat di masjid, lalu berdoalah dengan doa : “: “Wahai Allah, Aku meminta kepada-Mu, dan Menghadap kepada-Mu, Demi Nabi Mu Nabi Muhammad, Nabi Pembawa Kasih Sayang, Wahai Muhammad, Sungguh aku menghadap demi dirimu (Muhammad saw), kepada Tuhanku dalam hajatku ini, maka kau kabulkan hajatku, wahai Allah jadikanlah ia memberi syafaat hajatku untukku” (doa yang sama dengan riwayat diatas)”, nanti selepas kau lakukan itu maka ikutlah dengan ku kesuatu tempat.

Maka orang itupun melakukannya lalu utsman bin hanif ra mengajaknya keluar masjid dan menuju rumah Utsman bin Affan ra, lalu orang itu masuk dan sebelum ia berkata apa apa Utsman bin Affan lebih dulu bertanya padanya : “apa hajatmu?”, orang itu menyebutkan hajatnya maka Utsman bin Affan ra memberinya. Dan orang itu keluar menemui Ustman bin Hanif ra dan berkata : “kau bicara apa pada utsman bin affan sampai ia segera mengabulkan hajatku ya..??”, maka berkata Utsman bin hanif ra : “aku tak bicara apa – apa pada Utsman bin Affan ra tentangmu, Cuma aku menyaksikan Rasul saw mengajarkan doa itu pada orang buta dan sembuh”. (Majmu’ zawaid Juz 2 hal 279).
Tentunya doa ini dibaca setela wafatnya Rasul saw, dan itu diajarkan oleh Utsman bin hanif dan dikabulkan Allah.

Ucapan : Wahai Muhammad.. dalam doa tawassul itu banyak dipungkiri oleh sebagian saudara saudara kita, mereka berkata kenapa memanggil orang yang sudah mati?, kita menjawabnya : sungguh kita setiap shalat mengucapkan salam pada Nabi saw yg telah wafat : Assalamu alaika ayyuhannabiyyu… (Salam sejahtera atasmu wahai nabi……), dan nabi saw menjawabnya, sebagaimana sabda beliau saw :
“tiadalah seseorang bersalam kepadaku, kecuali Allah mengembalikan ruh ku hingga aku menjawab salamnya” (HR Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits No.10.050)

Tawassul merupakan salah satu amalan yang sunnah dan tidak pernah diharamkan oleh Rasulullah saw, tak pula oleh ijma para Sahabat Radhiyallahu’anhum, tak pula oleh para tabi’in dan bahkan oleh para ulama serta Imam – imam besar Muhadditsin, bahkan Allahmemerintahkannya, Rasul saw mengajarkannya, sahabat radhiyallahu’anhum mengamalkannya. Mereka berdoa dengan perantara atau tanpa perantara, tak ada yang mempermasalahkannya apalagi menentangnya bahkan mengharamkannya atau bahkan memusyrikan orang yang mengamalkannya.

Tawassul adalah berperantara pada kemuliaan seseorang, atau benda (seperti air liur yang tergolong benda) dihadapan Allah, bukanlah kemuliaan orang atau benda itu sendiri, dan tentunya kemuliaan orang dihadapan Allah tidak sirna dengan kematian, justru mereka yang membedakan bolehnya tawassul pada yang hidup saja dan mengharamkan pada yang mati, maka mereka itu malah dirisaukan akan terjerumus pada kemusyrikan karena menganggap makhluk hidup bisa memberi manfaat, sedangkan akidah kita adalah semua yang hidup dan yang mati tak bisa memberi manfaat apa – apa kecuali karena Allah memuliakannya,

Bukan karena ia hidup lalu ia bisa memberi manfaat dihadapan Allah, berarti si hidup itu sebanding dengan Allah? si hidup bisa berbuat sesuatu pada keputusan Allah? Tidak saudaraku.. Demi Allah bukan demikian, Tak ada perbedaan dari yang hidup dan dari yang mati dalam memberi manfaat kecuali dengan izin Allah swt. Yang hidup tak akan mampu berbuat terkecuali dengan izin Allah swt dan yang mati pun bukan mustahil memberi manfaat bila memang di kehendaki oleh Allah swt.

Ketahuilah bahwa pengingkaran akan kekuasaan Allah swt atas orang yang mati adalah kekufuran yang jelas, karena hidup ataupun mati tidak membedakan kodrat Ilahi dan tidak bisa membatasi kemampuan Allah SWT. Ketakwaan mereka dan kedekatan mereka kepada Allah SWT tetap abadi walau mereka telah wafat.

Sebagai contoh dari bertawassul, seorang pengemis datang pada seorang saudagar kaya dan dermawan, kebetulan almarhumah istri saudagar itu adalah tetangganya, lalu saat ia mengemis pada saudagar itu ia berkata “Berilah hajat saya tuan …saya adalah tetangga dekat amarhumah istri tuan…” maka tentunya si saudagar akan memberi lebih pada si pengemis karena ia tetangga mendiang istrinya, Nah… bukankah hal ini mengambil manfaat dari orang yang telah mati? Bagaimana dengan pandangan yang mengatakan orang mati tak bisa memberi manfaat?, Jelas – jelas saudagar itu akan sangat menghormati atau mengabulkan hajat si pengemis, atau memberinya uang lebih, karena ia menyebut nama orang yang ia cintai walau sudah wafat.

Walaupun seandainya ia tak memberi, namun harapan untuk dikabulkan akan lebih besar, lalu bagaimana dengan Arrahman Arrahiim, Yang Maha Pemurah dan Maha Penyantun?, istri saudagar yang telah wafat itu tak bangkit dari kubur dan tak tahu menahu tentang urusan hajat si pengemis pada si saudagar, NAMUN TENTUNYA SI PENGEMIS MENDAPAT MANFAAT BESAR DARI ORANG YANG TELAH WAFAT, entah apa yang membuat pemikiran saudara saudara kita menyempit hingga tak mampu mengambil permisalan mudah seperti ini.

Saudara – saudaraku, boleh berdoa dengan tanpa perantara, boleh berdoa dengan perantara, boleh berdoa dengan perantara orang shalih, boleh berdoa dengan perantara amal kita yang shalih, boleh berdoa dengan perantara Nabi saw, boleh pada shalihin, boleh pada benda, misalnya “Wahai Allah Demi kemuliaan Ka’bah”, atau “Wahai Allah Demi kemuliaan Arafat”, dlsb, tak ada larangan mengenai ini dari Allah, tidak pula dari Rasul saw, tidak pula dari sahabat, tidak pula dari Tabi’in, tidak pula dari Imam Imam dan muhadditsin, bahkan sebaliknya Allah menganjurkannya, Rasul saw mengajarkannya, Sahabat mengamalkannya, demikian hingga kini. Walillahittaufiq


II.24. NABI MUHAMMAD SAW DI ALAM BARZAH
 
Sabda Rasulullah saw : "aku melewati Musa (as) dimalam aku di Isra kan di Katsibil Ahmar dan Musa berdiri di kuburnya dan ia shalat" (Shahih Muslim Bab Fadhail), bahkan firman Allah swt : "Janganlah kalian menyangka orang yang terbunuh dijalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup dan diberi rizki oleh Allah" (Al Imran-169),

Saya perjelas lagi bahwa berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliausaw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi’, dan berkali kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam Shahihain Bukhari dan Muslim, dan beliau saw bersabda : “Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang ziarahlah”. (Shahih Muslim hadits No.977 dan 1977)

Dan Rasulullah saw memerintahkan kita untuk mengucapkan salam untuk ahli kubur dengan ucapan “Assalaamu alaikum Ahliddiyaar minalmu’minin walmuslimin, wa Innaa Insya Allah Lalaahiquun, As’alullah lana wa lakumul’aafiah..” (Salam sejahtera atas kalian wahai penduduk penduduk dari Mukminin dan Muslimin, Semoga kasih sayang Allah atas yang terdahulu dan yang akan datang, dan Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian, Aku memohon kepada Allah untukku dan kalian Afiah ) (Shahih Muslim hadits No 974, 975, 976). Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw bersalam pada Ahli Kubur dan mengajak mereka berbincang-bincang dengan ucapan “Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian”.

Rasul saw berbicara kepada yang mati sebagaimana selepas perang Badr, Rasul saw mengunjungi mayat – mayat orang kafir, lalu Rasulullah saw berkata : “wahai Abu Jahal bin Hisyam, wahai Umayyah bin Khalf, wahai ‘Utbah bin Rabi’, wahai syaibah bin rabi’ah, bukankah kalian telah dapatkan apa yang dijanjikan Allah pada kalian…?!, sungguh aku telah menemukan janji tuhanku benar..!”, maka berkatalah Umar bin Khattab ra : “wahai rasulullah.., kau berbicara pada bangkai, dan bagaimana mereka mendengar ucapanmu?”, Rasul saw menjawab : “Demi (Allah) Yang diriku dalam genggamannya, engkau tak lebih mendengar dari mereka (engkau dan mereka sama – sama mendengarku), akan tetapi mereka tak mampu menjawab” (Shahih Muslim hadits No.6498).

Makna ayat : “Sungguh Engkau tak akan didengar oleh yg telah mati”.
Berkata Imam Qurtubi dalam tafsirnya makna ayat ini bahwa yang dimaksud orang yang telah mati adalah orang kafir yang telah mati hatinya dengan kekufuran, dan Imam Qurtubi menukil hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasul saw berbicara dengan orang mati dari kafir Quraisy yang terbunuh di perang Badr. (Tafsir Qurtubi Juz 13 hal 232).

Berkata Imam Attabari rahimahullah dalam tafsirnya bahwa makna ayat itu : bahwa engkaua wahai Muhammad tak akan bisa memberikan kefahaman kepada orang yang telah dikunci Allah untuk tak memahami (Tafsir Imam Attabari Juz 20 hal 12, Juz 21 hal 55, )

Berkata Imam Ibn katsir rahimahullah dalam tafsirnya : “walaupun ada perbedaan pendapat tentang makna ucapan Rasul saw pada mayat – mayat orang kafir pada peristiwa Badr, namun yang paling shahih diantara pendapat para ulama adalah riwayat Abdullah bin Umar ra dari riwayat riwayat shahih yang masyhur dengan berbagai riwayat, diantaranya riwayat yang paling masyhur adalah riwayat Ibn Abdilbarr yang menshahihkan riwayat ini dari Ibn Abbas ra dengan riwayat Marfu’ bahwa : “tiadalah seseorang berziarah ke makam saudara uslimnya didunia, terkecuali Allah datangkan ruhnya hingga menjawab salamnya”, dan hal ini dikuatkan dengan dalil shahih (riwayat shahihain) bahwa Rasul saw memerintahkan mengucapkan salam pada ahlilkubur, dan salam hanyalaha diucapkan pada yg hidup, dan salam hanya diucapkan pada yg hidup dan berakal dan mendengar, maka kalau bukan karena riwayat ini maka mereka (ahlil kubur) adalah sama dengan batu dan benda mati lainnya. Dan para salaf bersatu dalam satu pendapat tanpa ikhtilaf akan hal ini, dan telah muncul riwayat yang mutawatir (riwayat yg sangat banyak) dari mereka, bahwa Mayyit bergembira dengan kedatangan orang yang hidup ke kuburnya”. Selesai ucapan Imam Ibn Katsir (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 3 hal 439).

Riwayat lainnya Rasul saw bertanya – tanya tentang seorang wanita yang biasa berkhidmat di masjid, berkata para sahabat bahwa ia telah wafat, maka Rasul saw bertanya : “mengapa kalian tak mengabarkan padaku?, tunjukkan padaku kuburnya” seraya datang ke kuburnya dan menyolatkannya, lalu beliau saw bersabda : “Pemakaman ini penuh dengan kegelapan (siksaan), lalu Allah menerangi pekuburan ini dengan shalatku pada mereka” (Shahih Muslim hadits No.956)

Abdullah bin Umar ra bila datang dari perjalanan dan tiba di Madinah maka ia segera masuk masjid dan mendatangi Kubur Nabi saw seraya berucap : Assalamualaika Yaa Rasulallah, Assalamualaika Yaa Ababakar, Assalamualaika Ya Abataah (wahai ayahku)”. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.10051)
Berkata Abdullah bin Dinar ra : Kulihat Abdullah bin Umar ra berdiri di kubur Nabi saw dan bersalam pada Nabi saw lalu berdoa, lalu bersalam pada Abubakar dan Umar ra” (Sunan Imam Baihaqiy ALkubra hadits no.10052)

Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yang pergi haji, lalu menziarahi kuburku setelah aku wafat, maka sama saja dengan mengunjungiku saat aku hidup (Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits no.10054).

Dan masih banyak lagi kejelasan, dan memang tak pernah ada yang mengingkari ziarah kubur sejak Zaman Rasul saw hingga kini selama 14 abad (seribu empat ratus tahun lebih semua muslimin berziarah kubur, berdoa, bertawassul, bersalam dll tanpa ada yang mengharamkannya apalagi mengatakan musyrik kepada yang berziarah, hanya kini saja muncul dari kejahilan dan kerendahan pemahaman atas syariah, munculnya pengingkaran atas hal – hal mulia ini yang hanya akan menipu orang awam, karena hujjah – hujjah mereka Batil dan lemah

Dan mengenai berdoa dikuburan sungguh hal ini adalah perbuatan sahabat radhiyallahu’anhu sebagaimana riwayat diatas bahwa Ibn Umar ra berdoa dimakam Rasul saw, dan memang seluruh permukaan Bumi adalah milik Allah swt, boleh berdoa kepada Allah dimanapun, bahkan di toilet sekalipun boleh berdoa, lalu dimanakah dalilnya yang mengharamkan doa di kuburan?, sungguh yang mengharamkan doa dikuburan adalah orang yang dangkal pemahamannya, karena doa boleh saja diseluruh muka bumi ini tanpa kecuali.

Berkata Hujjatul Islam Al Imam Ibn Hajar :
Bahwa para syuhada hidup sebagaimana Nash Alqur'an, dan para Nabi lebih afdhal dari para Syuhada, sebagaimana buktinya adalah hadits yg dikeluarkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah ra : "Dan bershalawatlah kalian kepadaku, sungguh shalawat kalian disampaikan padaku dimanapun kalian berada", dan sanadnya shahih, dan berkata Abu Syeikh dalam kitab Attsawab dengan sanad Jayyid dengan lafadh : "Barangsiapa yang bershalawat kepadaku dikuburku, aku mendengarnya, dan barangsiapa yang bershalawat padaku dimanapun, maka disampaikan padaku", dan juga riwayat Abu Dawud dan Nasa'i yang dishahihkan oleh Ibn Khuzaimah dari Aus bin Aus dalam keutamaan hari Jumat : "Maka perbanyaklah shalawat padaku dihari itu karena shalawat kalian ditunjukkan padaku, mereka berkata : Wahai Rasulullah, bagaimana diperlihatkan shalawat padamu jika engkau telah musnah?, maka Rasul saw bersabda : "Allah mengharamkan permukaan Bumi untuk memakan Jasad para Nabi".selesai ucapan Imam Ibn Hajar (Fathul Baari bi Syarah Shahihul Bukhari hadits no.3185 Bab Ahaditsul Anbiya).

Dijelaskan oleh Imam Ibn Katsir dalam Tafsirnya : Dan friman Nya swt 
Dan Sunguh ketika mereka telah mendholimi diri mereka sendiri (berbuat dosa) lalu mereka berdatangan padamu (wahai Muhammad saw), lalu mereka beristighfar pada Allah swt, lalu Rasul saw beristighfar untuk mereka, maka mereka akan dapatkan Allah swt menerima tobat mereka dan Maha Berkasih Sayang (QS Annisa 64), bahwa Allah swt mengajarkan para pendosa dan yg berbuat maksiat jika terjadi dosa dan kesalahan pada mereka, agar mengunjungi Rasul saw, dan beristighfar pada Allah swt dihadapan Rasul saw, dan meminta pada Rasul saw agar memohonkan pengampunan bagi mereka, dan sungguh jika mereka berbuat itu maka Allah swt memberikan Taubat pada mereka dan menyayangi mereka, dan mengampuni mereka, untuk hal inilah firman Nya : “maka mereka akan dapatkan Allah swt menerima tobat mereka dan Maha Berkasih Sayang”.

Dan telah teriwayatkan jamaah diantara mereka Syeikh Abu Nashr bin Asshibagh pada kitabnya Assyaamil, mengenai riwayat yg masyhur dari Imam Al Utby, maka ia berkata : suatu waktu aku sedang duduk dihadapan Kubur Nabi saw, maka datanglah seorang Dusun dan berkata : Assalamualaika Yaa Rasulullah, aku menegtahui firman Allah swt : ..(seraya membaca ayat diatas).., maka kini aku datang padamu, memohon pengampunan dosa, dan memohon bantuan syafaatmu kepada Tuhanku”. Lalu ia berpantun : Wahai Yang sebaik baik dimakamkan pada belahan bumi mulia, maka termuliakanlkah sebab kemuliaannya wilayah sekitar, Diriku adalah penjamin keselamatan Kubur yg engkau menempatinya, karena terpendam padanya Maaf Allah swt dan kedermawanan dan Keluhuran”.
Lalu orang dusun itu keluar, maka aku (Imam Al Utby) mengantuk, lalu aku bermimpi Rasul saw dalam tidurku dan berkata : Wahai Utbiy, kejar orang dusun itu, katakan kabar gembira untuknya bahwa ia telah diampuni Allah swt.
Selesai ucapan imam Ibn Katsir. (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 2 hal 347/348, Annisa 64).

Demikian pula hikayat ini diriwayatkan oleh Hujjatul Islam Al Imam Nawawi pada kitabnya Al Majmuk juz 8 hal 217, dan pada kitab Al Iidhah hal 498.

Bacaan yang dianjurkan saat berziarah ke makam beliau saw tentunya memperbanyak doa, sebagaimana para sahabatpun demikian, dan tentunya bersalam kepada Rasul saw, Khalifah Abubakar Asshiddiq ra dan Khalifah Umar bin Khattab ra yang sama – sama dimakamkan di tempat tersebut secara berdekatan. Wallahu a'lam

---

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,

 

Kamis, 09 Desember 2010

Monster dan Anak Domba, Antara Naziisme dan Yazidisme

Oleh Umar Alhabsyi

Reinhold Hench dan Paul Schaeffer adalah dua orang kolega Peter Drucker. Peter Drucker, seorang keturunan Yahudi  yang oleh banyak kalangan digadang sebagai Bapak Penemu Manajemen Modern itu memutuskan untuk keluar dari Jerman karena prediksinya bahwa Nazi akan memenangkan Pemilu Jerman. Namun tidak dengan kedua koleganya tersebut.

Singkat cerita, malam ketika esok harinya Drucker akan berangkat, ada yang mengetuk pintu rumahnya. Jantungnya seakan berhenti berdetak, ketika melihat pasukan Nazi berdiri di depan pintu rumahnya. Ia sedikit lega ketika mengenali orang itu adalah Hensch, koleganya di surat kabar tempat dia bekerja. Hensch mendengar bahwa Drucker telah keluar dari surat kabar itu (dan juga sebagai dosen), dan mencoba berbicara dengan Drucker mengapa ia keluar dari surat kabar itu. Drucker pun menjelaskannya, karena tak punya alasan lain.

Ekspresi Hensch pun berubah dengan cepat dan meluapkan kata2 emosional. Ia mengatakan pada Drucker betapa ia sangat iri kepadanya bahwa ia tidak “sepandai” Drucker, dan berharap ia bisa keluar. Namun ia melanjutkan bahwa ia tak bisa keluar. Ia menginginkan uang, status, dan kekuasaan, serta berkata bahwa karena ia memiliki nomor keanggotaan kecil di Partai Nazi (yang artinya punya kuasa lebih), ia sekarang akan menjadi “seseorang”.  

Camkan kata-kataku ini,” katanya pada Drucker, “kamu akan mendengar tentangku sekarang!!!”.

Setelah itu, Drucker tak pernah lagi mendengar berita tentang Hensch. Sampai dengan tahun 1945 ketika Nazi ditaklukkan, ada artikel pendek di The New York Times menarik perhatiannya:

“Reinhold Hensch, salah seorang penjahat perang Nazi yang paling dicari Amerika, bunuh diri ketika ditangkap pasukan Amerika di gudang bawah tanah di sebuah rumah yang tinggal puing di Frankfurt.... Hensch, dikenal sangat kejam, keji dan haus darah sehingga dijuluki ‘Monster’ (Das Ungebeuer) bahkan oleh anak buahnya sendiri.”

Paul Schaeffer adalah seorang wartawan senior terkenal yang telah melanglang buana lebih dari 50 tahun di media terkemuka dunia seperti New York Times, Times, dll. Namun dia memutuskan untuk menerima tawaran dari koran terpandang Jerman (Berliner Tageblatt). Namun Schaeffer tidak bodoh. Ia tahu lebih baik dari orang-orang lain tentang apa yang dikejar Nazi selama ini, tapi ia pikir ia bisa membuat perbedaan: “Justru karena kekejian yang terjadi inilah saya harus menerima pekerjaan itu,” ia menjelaskan. Dia tidak menggubris peringatan orang-orang disekelilingya yang khawatir bahwa ia akan dimanfaatkan oleh Nazi untuk memberikan tedeng kehormatan dan menipu dunia luar. Dan akhirnya Nazi memanfaatkan Schaeffer persis seperti yang dikhawatirkan teman-temannya. Jabatan, uang dan kehormatan pun dicurahkan kepadanya. Setiap ada berita tentang kekejian Nazi yang bocor, Schaeffer dikirim ke kedubes-kedubes dan koresponden-koresponden asing untuk meyakinkan mereka bahwa semua itu tidak benar. 

Dalam “memoar”-nya (Adventures of a Bystander), Drucker mengatakan bahwa kejahatan itu sesuatu yang hebat sehingga manusia sering diperalat olehnya. Karenanya manusia tidak boleh mempertahankan ataupun menggunakan kejahatan dengan cara apapun, karena cara itu pastilah jalan kejahatan, bukan jalan manusia. Manusia akan menjadi instrumen kejahatan ketika, seperti Hensch, ia berfikir bisa mengendalikan kejahatan untuk memenuhi ambisinya.Dan manusia juga akan menjadi instrumen kejahatan ketika, seperti Schaeffer, ia bergabung dengan kejahatan untuk mencegah terjadinya hal yang lebih buruk.

Drucker mengakhiri bagian itu dengan bertanya:
“Siapa yang lebih kejam, monster atau anak domba? Mana yang lebih buruk, dosa Hensch karena nafsunya untuk berkuasa atau kesombongan Schaeffer dan dosanya karena pongah? Mungkin dosa terbesar bukanlah kedua dosa kuno itu, dosa terbesar adalah dosa abad ke-21, yaitu dosa karena bersikap masa bodoh, dosa seorang ahli biokimia terkenal yang tak membunuh dan tak berbohong, tapi menolak memberi kesaksian ketika, mengutip kata2 di Injil, ‘Mereka Menyalibkan Tuhanku!’.”

Kisah Drucker tentang dua koleganya diatas mengingatkan saya kepada kisah seputar tragedi yang terjadi pada cucu kesayangan Nabi, al-Husayn, penghulu pemuda ahli surga. Tentu saja saya sadar bahwa saya sedang membandingkan dua hal yang berbeda dari banyak segi, seperti skala, intensitas, maupun dampak dari kekejian yang dilakukan. Tapi betapapun saya melihat ada beberapa kemiripan. Saya coba mengambil contoh beberapa stakeholder sentral yang terlibat dalam tragedi paling mengerikan sepanjang sejarah tersebut. Tapi rasanya saya tidak perlu menjelaskan mengenai sang producer dan director kekejian, Yazid bin Muawiyyah.  

Ubaidullah bin Ziyad bin Abihi, the man behind the gun, gubernur Bashrah yang menjadi project manager dalam penyerangan al-Husayn. Dia adalah anak dari Ziyad bin abihi, anak ayahnya. Disebut demikian karena ayahnya yang tidak jelas. Sebagian riwayat mengatakan bahwa Ziyad adalah anak Abu Sufyan dari Sumayyah (sebagian riwayat mengatakan Marjanah) yang dikenal sebagai wanita penghibur. Ubaidullah lahir di Bashrah. Ketika sang ayah meninggal, ia berada di Irak. Kemudian ia pergi ke Syam. Mu'awiyah mengangkatnya sebagai gubernur wilayah Khurasan pada tahun 53 H dan tinggal di sana selama dua tahun. Pada tahun 55 H, Mu'awiyah memindahkannya ke Bashrah. Yazid menetapkannya di sana pada tahun 60H. Tragedi Karbala terjadi di masa kekuasaannya dan atas perintahnya. Setelah kematian Yazid, penduduk Bashrah berbaiat kepadanya. Namun tak lama berselang , mereka melawannya. Diapun lari mencari perlindungan ke Syam, lalu kembali lagi ke Irak. Di tengah jalan, Ibrahim Asytar menghadangnya. Peperangan antara tentara keduanya pun tak dapat dielakkan lagi. Pasukan Ubaidillah kocar-kacir. Ibrahim memburunya dan membunuhnya di Khazir, satu daerah di Maushil. Setelah berhasil dibunuh, kepala ibnu Ziyad dibawa ke hadapan Mukhtar.  

Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash Al-Zuhri Al-Madani. Dialah yang dikirim oleh Ubaidillah bin Ziyad dengan empat ribu orang tentara untuk menyerbu Dailam, dengan menjanjikannya kekuasaan atas wilayah Rey. Tapi sewaktu berita keberangkatan Al-Husain dari Mekah menuju Kufah sampai ke telinga Ibnu Ziyad, ia segera mengirimkan sepucuk surat padanya dan memerintahkannya untuk segera kembali bersama pasukannya. Umar pun kembali. Ibnu Ziyad lalu memerintahkannya untuk membantai Al-Husain. Umar menolak. Ibnu Ziyad mengancam dan mengingatkannya akan kota Rey. Akhirnya ia bersedia menerima tugas tersebut. Di belakang hari, ketika Mukhtar bangkit melakukan pemberontakan, beliau mengutus orang untuk memburu dan membunuh Umar bin Sa'ad dan tamatlah riwayatnya.

 Kedua person diatas mencoba menggunakan kejahatan untuk mencapai keinginan dan ambisinya. Seperti kata Drucker, mereka menjadi instrumen kejahatan ketika ia berfikir dapat menggunakan kejahatan untuk memenuhi ambisinya. Dan juga sejarah membuktikan, seperti juga yang terjadi pada Hensch, kehinaan lah yang akan didapatnya, alih-alih kejayaan dan kesuksesan.

Lain halnya dengan peran orang-orang diatas, yang oleh Drucker diistilahkan sebagai monster, ada juga peran lain yang sama-sama destruktifnya dengan monster, yaitu orang2 seperti Schaeffer yang –walaupun mungkin punya sedikit maksud baik di awalnya—berperan menjadi pembela-pembela kejahatan itu. Ada sebagian penulis, yang karena alasan-alasan tertentu, melakukan pengaburan terhadap sejarah ini. Dari yang bersikap tidak menyalahkan Yazid atas tragedi Karbala tersebut, sampai dengan yang sampai menulis buku khusus tentang keutamaan Yazid beserta ayahnya, Muawiyyah. Ada sebagian juga yang berusaha menutup sejarah itu dengan menonjolkan beberapa peristiwa lain (yang kurang jelas dan kuat dasarnya) yang menganjurkan bahwa hari Asyura adalah waktu yang tepat untuk bergembira, berbagi kebahagiaan. 

Person-person seperti diatas ini, oleh Drucker diistilahkan dengan “anak domba”. Keyakinan para penulis itu –seperti Schaeffer—bahwa dia bisa mencegah hal yang lebih buruk (misalnya mungkin untuk menutup sejarah kelam) justru membawa hasil yang lebih mengerikan. Meskipun ada niat baik, mereka dengan segera menjadi kaki tangan kejahatan dengan kebohongan2nya. Mereka memberi kejahatan legitimasi untuk melanjutkan kekuasaan, kejahatan demi kejahatan, dan pembantaian demi pembantaian. Dengan menutup-nutupi apa yang sebenarnya terjadi, mereka telah berperan dalam membuat dunia setidaknya bersikap netral terhadap kejahatan2 tersebut.

Wallahu a’lam, yang jelas saya setuju dengan Drucker yang menganggap bahwa anak domba sama destruktifnya dengan monster. 

Mempelajari apa yang terjadi pada sejarah manusia dan menjadikannya hidup serta berinteraksi dengan kehidupan kita sekarang, menurut saya penting untuk dilakukan sehingga kita dapat mengambil hikmah-hikmah yang berharga untuk saat ini dan esok.  

"Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? .." (QS. ar-Rum: 9)

Jadi tergantung kita, apakah kita mau berperan menjadi “monster” atau “anak domba”? Atau akan menjadi orang2 acuh, yang menganggap kemarin adalah kemarin, tidak ada hubungannya dengan hari ini atau besok. Atau akan menjadi yang akan mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa, dan “menghidupkannya” untuk hari ini dan besok. Semuanya adalah pilihan peran yang terpampang di depan kita semua. 

Nanti...“sejarah” hidup kita akan mencatat peran-peran kita tersebut untuk tentu saja dipertanggung-jawabkan. Bagaimana?  

Kamis, 11 November 2010

Terimakasih :)

Terimakasih kepada teman-teman yang telah menyumbangkan sebagian dananya untuk pembangunan madrasah di kampung, insya Allah akan membawa keberkahan bagi temen-temen :) 'Yang kamu miliki adalah apa yang kamu berikan sedangkan apa yang kamu tahan akan lenyap dan hilang...'

Senin, 08 November 2010

Amerika Serikat dan Islam Moderat

Oleh Ridho Imawan Hanafi


Rencana kunjungan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia pada 9-10 November 2010 semestinya dijadikan momentum untuk meneguhkan persepsi Barat lebih khusus Amerika Serikat bahwa Islam tidak tunggal akan varian-varian. Islam seperti yang dipahami mayoritas pemeluknya di Indonesia merupakan Islam moderat yang bisa menjadi mitra dialog dengan Barat. Bagi Barat, model pemahaman Islam yang moderat seperti Indonesia memang bisa jadi masih dianggap wajah "Islam pinggiran" yang belum mampu mengubah wajah dunia Islam sepenuhnya.

Akibatnya, wajah moderat tidak menjadi arus utama dalam perspektif Barat dalam kebijakan-kebijakannya terhadap dunia Islam. Padahal, wajah moderat Islam bisa menjadi pintu pembuka bagi upaya dialog Islam dan Barat yang kerap buntu. Saat ini, Amerika Serikat melalui kepemimpinan Obama berkomitmen kuat terhadap dialog Islam dan Barat. Upaya Obama untuk memperbaiki hubungan Barat dan Islam ditunjukkannya saat pidato di Universitas Kairo, Mesir, ketika berkunjung di Timur Tengah, Juni 2009. Dalam pidato yang diawali ucapan salam "Assalamualaikum" itu, Obama menyiratkan pesan kuat akan pentingnya babak baru hubungan dunia Barat dan Islam.

Obama juga menekankan makna toleransi, kebebasan beragama, perdamaian, dan pemahaman bersama, untuk keluar dari jeratan ketegangan dan saling kecurigaan yang selama ini menyekap Barat dan Islam. Menariknya, Obama sempat menyebut Indonesia sebagai negara --tempat ia pernah tinggal-- yang toleransi dan kebebasan beragama dijalankan. Citra tentang Islam yang ditangkap Obama adalah Islam Indonesia yang moderat dan penuh toleransi.

Selama ini, pemahaman dunia akan Islam dengan Barat cukup timpang. Ketimpangan serta merta juga ikut menghasilkan poin-poin kebijakan dunia yang kerap tidak seimbang. Barat acap memandang bahwa dunia Islam tidak lebih dari Islam versi Timur Tengah an sich. Sebagai akar historis kelahiran Islam, Timur Tengah lalu digambarkan sebagai Islam yang original dimana teologi dan doktrin mulai dikembangkan. Ironisnya, Barat rupanya lebih tertarik menangkap Islam dan Timur Tengah dengan gambaran dunia yang dipenuhi konflik dan kekerasan. Pandangan ini bisa menimbulkan ekses salah kaprah. Sebagaimana realitas yang ada, Islam memang lahir dari rahim Timur Tengah, tetapi dalam kenyataannya Islam dapat berkembang secara subur dan damai di kawasan lain seperti Indonesia.

Citra buram tentang Islam dari Barat jauh hari memang sudah diingatkan Edward Said, bahwa Barat melihat Islam sebagai the other, "sesuatu yang lain". Said dalam studi orientalismenya mengatakan, Barat menciptakan Timur sebagai "yang lain", yang berbeda dari dirinya (Barat). Orientalisme dalam hal ini berguna sebagai disiplin wacana memperkenalkan cara mengetahui tentang Islam. Latar belakang tumbuhnya orientalisme didorong oleh kebutuhan negara-negara Barat untuk memahami Islam dan masyarakatnya. Parahnya, tak jarang kebutuhan tersebut juga diiringi upaya Barat melakukan penundukan pada the other.

Dari sinilah kerja wacana tentang suramnya Islam dimulai. Dengan menganggap sebagai "sesuatu yang lain" Islam sering ditafsirkan sesuai selera Barat. Peristiwa-peristiwa kekerasan yang membawa korban masyarakat Barat dan secara kebetulan pelakunya memiliki ras genetik Timur Tengah, dengan mudah lalu dikatakan sebagai akibat legitimasi dari doktrin Islam. Akibatnya, Islam pun kian dekat dengan stereotip fundamentalis. Suatu istilah yang mudah dilekatkan bagi orang-orang Islam yang kerap melegalkan kekerasan sebagai jalan pencapaian kehendak teologisnya. Meskipun penggunaan terminologi fundamentalis itu masih membingungkan, penuh kecurigaan, tetapi yang terjadi, kata fundamentalis rupanya lebih ditujukan arahnya kepada Islam.

Fundamentalis Islam pada akhirnya sebagai gambaran umum melukiskan kelompok yang gemar melakukan kekerasan dan teror. Menurut Naharong (2005), pada tataran tertentu kelompok ini dianggap sebagai tempat persemaian (breeding ground) bagi terorisme internasional. Oleh karena itu, tidak heran kalau mayoritas masyarakat di Barat menganggap semua fundamentalis Islam itu radikal dan ekstrem. Dari sini tidaklah sukar bagi mereka untuk menyimpulkan bahwa semua orang yang Islam adalah radikal, yang tidak segan menggunakan cara-cara teroris untuk mencapai tujuannya. Islam pada akhirnya menjadi hantu yang menakutkan bagi orang Barat. Kata-kata seperti "ancaman Islam" atau "bahaya hijau" pun membayang dalam alam pikir orang Barat.

Bayangan ini menuai kenyataan saat terjadinya peristiwa 11 September 2001. Seperti yang dicatat Baso (2005), Islam pasca 11 September semuanya mengarah ke dalam satu warna, serbatunggal, tergantung pada desainer pengetahuan di seberang sana. Dalam logika ini, Islam dipersepsikan secara monolitik sebagai fundamentalis, anti-Barat, dan hatred of Americans. Singkatnya, either you`re with us or against us! Padahal, Islam tidaklah tunggal akan versi. Salah satunya adalah mayoritas Islam di Indonesia. Islam Indonesia bahkan telah menunjukkan kepada dunia telah berhasil menyelenggarakan proses demokrasi dengan penuh keterbukaan. Bahkan majalah The Economist suatu waktu pernah menganalogikan Indonesia sebagai shining example (contoh yang berkilau) akan demokrasi.

Dalam Islam moderat terkandung prinsip untuk lebih mengedepankan toleransi keberagamaan. Orientasi perjuangan Islam moderat bukanlah pada sistem melainkan pada substansi dan makna. Pada derajat tertentu, moderatisme Islam lebih menggulirkan isu-isu Islam yang progresif, toleran antarsesama, kompromi dengan budaya lokal, demokrasi, menghormati hak-hak perempuan, kebebasan berpikir, dan bisa menjalin kerja sama dengan Barat. Pendekatan yang ditempuh lebih mengarah pada cara-cara dialogis ketimbang kekerasan. Oleh karena itu, kunjungan Obama ke Indonesia harus digunakan sebagai media kampanye pada dunia internasional sehingga wajah Islam yang moderat seperti yang ditunjukkan Indonesia bisa menjadi kutub dalam kanvas dunia Islam.***


Penulis, peneliti Soegeng Sarjadi Syndicate Jakarta.

Rabu, 03 November 2010

Kita adalah cermin-cermin Tuhan

Dalam sebuah kata yang indah dan kaya makna, Jalaluddin Rumi dalam Fihi Ma Fihi mengatakan "Segala yang paling awal di fikiran adalah akhir ketika menjadi perbuatan". Ide adalah yg menggerakkan langkah kita dalam membuat sesuatu menjadi maujud. Bentuk real ide akan menjadi akhir dari sebuah proses kreasi dan usaha kita. Ide kita yang sederhana "saya ingin memiliki rumah" pada proses kreatifnya lumayan panjang. Jika proses ingin memiliki rumah itu ingin kita wujudkan dengan prosesi 'membagun rumah' maka serangkaian proses kreatif kita muncul, dari mulai pengumpulan dana, pengumpulan bahan, perekrutan tukang, proses pembangunan dan pengasawannya. Setelah sekian proses kreatif tersebut terangkai dalam rangkaian waktu dan usaha maka akhirnya maujudlah rumah tersebut, dan saat itulah baru ide "saya ingin memiliki rumah" menjadi nyata. Ia yang paling awal difikiran (ide) adalah akhir ketika menjadi perbuatan, indah sekali.

Allah Swt, Tuhan Yang Maha Indah, Maha Sempurna melihat diriNya begitu Indah dan Sempurna. Tapi Keindahan dan KesempurnaanNya itu tidak dikenali oleh selainNya. Maka Allah menginingkan agar Keindahan dan Kesempurnaan itu dikenali oleh selainNya. Tuhanpun beride menciptakan sesuatu makhluk yang bisa menjadi 'cermin' bagi diriNya. Makhluk tersebut harus mewarisi sebagain sifat-sifatNya. Ia  Mencipta, makhluk tersebut harus bisa mencipta. Ia Merusak, makhluk tersebutpun bisa merusak. Ia bebas berkehendak maka makhluk itu pun juga harus bebas berkehendak. Katakanlah makhluk yang masih menjadi ide ini akan disebut 'manusia'. Manusia yang masih dalam tataran konsep.

Untuk mewujudkan ide 'manusia' maka Tuhanpun menciptakan sarana-sarana yang akan mendukung semua fungsionalitas 'manusia' dan 'kemanusiaan'. Dalam kontruksi Teologis disebutkan bahwa Tuhan pertama kali menciptakan qalam (ilmu pengetahuan). Sehingga surat yang pertama kali turun dalam Al-Quran pun diberi nama surat Al-Qalam. Ia menjadi pondasi dasar dari 'manusia' dan 'kemanusiaan'. Pondasi dasar dari proses kreasi dan kreatif manusia.

Setelah qalam tercipta, Tuhan pun menciptakan hal-hal lain yang akan menjadi fasilitas manusia. Tuhan menciptakan langit dan bumi, Tuhan menciptakan para malaikat dan Iblis, Tuhan menciptakan surga dan neraka, dan Tuhan terus mencipta alam semesta dan lain sebagainya. Terminologi bible menyebut bahwa proses penciptaan itu terjadi dalam enam hari dan manusia (Adam As) tercipta pada hari ke-6, hari 'terakhir' dalam proses mencipta itu. Sementara terminologi Alquran menyebutkan proses kreatif penciptaan alam semesta ini dalam enam masa.

Sebelum manusia pertama (Adam) tercipta. Tuhan telah menciptakan makhluk-makhluk yang begitu dekat dengan diriNya. Diantaranya adalah malaikat dan iblis. Dalam sebuah hadits qudsi, ketika Tuhan telah menciptakan Surga, Tuhan menyuruh salah satu malaikatNya untuk memberi penilaian tentang surga tersebut. Ketika itu sang malaikat berkata bahwa orang yang melihatnya pasti akan menginginkan untuk memasuki dan berdiam diri di dalamnya. Kemudian Tuhan melakukan perubahan terhadap surga tersebut, kemudian disuruhnya sang malaikat untuk melihatnya kembali. Setelah melihat surga untuk kedua kalinya sang malaikat berkomentar "aku khawatir tak seorangpun dapat memasukinya". Kemudian Tuhan meciptakan neraka dan menyuruh sang malaikat untuk melihatnya. Setelah melihatnya, sang malaikat berkata ia yakin tak seorangpun yang mau memasukinya. Kemudian Tuhan menghias neraka dengan berbagai kesenangan, sang malaikat kembali menengoknya dan akhirnya berkomentar ia khawatir tak ada seorang pun yang bisa luput darinya (neraka).

Komunikasi Tuhan dengan makhluk ciptaanNya telah menjadi hal yang biasa karena salah satu sifat Tuhan adalah Al-Kalam (Ia berkomunikasi dengan selain diriNya). Sebagaimana kita yang sering menceritakan keinginan dan cita-cita kita kepada teman dekat atau orang yang kita percayai, Tuhan pun bercerita tentang rencanaNya terhadap bumi (al-ard). Bahwa di bumi yang begitu indah dan penuh pesona dengan segala keanekaragaman di dalamnya, nanti Tuhan akan menciptakan wakilNya - dalam terminologi Al-Quran disebut khalifah.

Tuhanpun menggambarkan sifat-sifat khalifahNya untuk bumi itu. Berbagai macam sifat baik disebutkan, bahwa makhluk tersebut biasa berkreasi dalam proses penciptaan, bisa bebas berkehendak, bisa saling welas asih dan penuh cinta kepada sesamanya, bisa saling tolong menolong dan segudang sifat baik lainnya. Tuhan pun menceritakan bahwa selain sifat-sifat baik yang ada pada makhluk tersebut, makhluk tersebut juga bisa terjerumus dalam kehancuran karena kebebasan yang diberikan kepadanya dapat membawanya dalam membuat kerusakan dan saling menumpahkan darah dengan sesamanya.

Mendengar gambaran Tuhan tentang makhluk baru tersebut, malaikat tertegun dan bingung. Para malaikat melihat diri mereka begitu dekat dan taat kepada Tuhan, tidak pernah membantah dan selalu bertasbih dan memuji Tuhan. Malaikat tidak menjumpai kekurangan pada diri mereka. Sedangkan makhluk baru yang akan menjadi khalifah ini selain memiliki potensi kebaikan ia juga memiliki potensi-potensi keburukan. Malaikat menganggap mereka lebih baik dibandingkan makhluk yang baru dalam tataran konsep itu. Mereka merasa merekalah yang seharusnya diberi amanat untuk menjadi khalifatNya di muka bumi itu. Akhirnya para malaikat melakukan protes massal kepada Tuhan, peristiwa ini jelas terekam dalah Al-Quran dalam Surat Al-Baqarah Ayat 30 berikut :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:30)

Tuhan Maha Mengetahui pesan tersembunyi para malaikat tersebut. Para malaikat sebenarnya ingin meminta sebaiknya tugas kekahlifahan itu diserahkan kepada mereka karena merasa bahwa mereka lebih baik dari makhluk baru tersebut. Anggapan mereka itu salah, sesungguhnya makhluk baru tersebut adalah ide dasar seluruh penciptaan dan lebih baik dari seluruh alam (termasuk para malaikat di dalamnya). Dalam suatu hadits qudsi Tuhan pernah berfirman bahwa satu jiwa manusia di sisi Tuhan lebih berharga dibandingkan dengan seluruh alam dan isinya.

Ketika seluruh sarana untuk 'manusia' sudah tercipta maka Tuhan mewujudkan Ide DasarNya. Ia ciptakan manusia dari segumpal tanah karena manusia akan hidup, mati dan dibangkitkan dari tanah. Terciptalah Adam, manusia pertama. Kemudian Tuhan pun mengajari Adam dengan Al-Qalam. Baca surat Al-Qalam ayat 1 sampai 5. Tuhan mengajari Adam untuk mendefinisikan sesuatu, Ia mengajari Adam untuk mendefinisikan segala sesuatu di alam raya. Dalam terminologi Al-Quran Tuhan mengajari Adam 'nama-nama seluruhnya'. Setelahnya, Tuhan mengadu Adam dengan para malaikat. Manusia yang dianggap oleh para malaikat makhluk yang lebih rendah dibandingkan mereka kenyataannya lebih baik. Berikut gambaran Al-Quran tentang peristiwa tersebut :


Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu orang-orang yang benar!" (QS. 2:31)

Jika kamu orang-orang yang benar dalam ayat ini diartikan "jika kamu benar merasa lebih baik dibandingkan dengan manusia".

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS. 2:32)

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?" (QS. 2:33)

Firman Allah "mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan", yang kamu lahirkan adalah protest kepadaKU, sedangkan yang kamu sembunyikan lagi jauh lebih mengerikan, karena di dalam hati kamu semua ada kesombongan (engkau merasa lebih baik dibandingkan makhluk yang bernama 'manusia') ini. Sedangkan kesombongan adalah pakaian kebesaran Tuhan yang tidak patut dikenakan oleh para hamba-Nya. Tuhan mengancam bagi siapa saja yang ada kesombongan di hatinya, diharamkan surgaNya bagi orang tersebut.

Allah berfirman : "Kebesaran/Kesombongan adalah pakaianKu, keagungan adalah sarung-Ku, siapapun yang menyaingi-Ku akan kulemparkan ia ke neraka" (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)

Sebagai bentuk tebusan atas kesombongan yang dilakukan oleh para malaikat, Tuhan menyuruh mereka semua untuk bersujud kepada Adam. Al-Quran merekam persitiwa tersebut dalam ayat berikut :


Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. 2:34)

Iblis yang menolak untuk bersujud kepada Adam pun terusir dari surga dan memendam kebencian dan dendam kepada Adam. Iblis pun mendeklarasikan permusuhannya kepada manusia di hadapan Tuhan seperti terekam dalam ayat berikut :

Karena Engkau menghukumi aku sesat, maka aku akan menyesatkan hamba-Mu dari jalan yang lurus. Kemudian aku akan datangi mereka dari hadapan mereka, dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka sampai Engkau tidak mendapati mereka ada yang bersyukur (al-A'raf :16-17)

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Adam (manusia) adalah pusat penciptaan karena merupakan ide awal dari proses penciptaan itu sendiri, yang di desain untuk menjadi cermin Tuhan dan akan menjadi khalifahNya di bumi. Dan seperti telah dijelaskan sebelumnya, segala sesuatu di dunia ini tercipta untuk manusia, termasuk malaikat dan iblis di dalamnya. Kejatuhan Adam dari Surga dalam perspektif Islam bukanlah sesuatu yang harus di sesali oleh seluruh anak Adam, dalam perspektif Islam itu adalah suatu keharusan. Di sini dengan jelas dan tegas Islam menolak doktrin dosa waris yang dianut oleh saudara-saudara kita yang beragama kristen. Dalam perspektif Islam, Adam tercipta untuk bumi sebagai wakilNya di bumi, bukan tercipta untuk hidup di surga yang penuh kesempurnaan.

Menjadi cermin Tuhan berarti manusia diserahi tanggung jawab untuk menyebarkan sifat-sifat ketuhanan. Manusia harus meneladani akhlak-akhlak Tuhan. Dalam AlQuran Tuhan selalu mengawali komunikasi dengan manusia dengan mendeklariskan diriNya dengan sifat Maha Pengasih, Maha Penyayang. Itu artinya setiap kita senantiasa diajak untuk mewarisi sifat-sifat penuh kasih dan sayang. Ar-Rahman (Maha Pengasih) dalam kajian waktu saya tinggal di pesantren artinya Tuhan mengasihi seluruh makhluknya, tidak membeda-bedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Para pembangkangpun sangat dikasihiNya. Ini mengajarkan kepada kita, kita harus senantiasa berbuat baik kepada orang lain, tidak peduli ia kawan atau dia lawan. Seorang muslim kata Imam Ali Kw harus bisa berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya, juga harus berbuat baik terhadap orang-orang yang memusuhinya.

"Kamu masih berakhlak anjing, jika kamu hanya bisa berbuat baik hanya terhadap mereka yang berbuat baik kepadamu. Kamu baru dikatakan berakhlak sebagai seorang muslim jika kamu bisa berbuat baik juga terhadap mereka yang memusuhimu." Begitu Kata Imam Ali Kw. Inilah perwujudan sifat Tuhan dalam Ar-Rahman yang harus diteladani oleh manusia.

Sifat Ar-Rahim (Maha Penyayang) adalah untuk makhluk-makhluk yang Tuhan sangat berkenan terhadapnya. Ini untuk orang-orang yang dalam terminologi Islam telah memperoleh RidhaNya. Sifat Rahimnya ditujukan kepada orang-orang yang berhasil menjadi cermin bagi diriNya. Yang berhasil mewujudkan sifat-sifatNya di bumi. Hati-hati orang-orang seperti ini mampu menampung kebesaran Tuhan yang penuh Cinta. Yang digambarkan dalam hadits-hadits berikut :

Orang bertanya kepada Rasulullah saw.,  ”Wahai Rasulullah! Dimanakah Allah? Di bumi atau di langit?” Rasulullah saw. menjawab, ”Allah Ta’ala berfirman: Tidak termuat AKU oleh bumi-Ku dan lelangit-KU tapi termuat Aku oleh qalb(hati)  hamba-hamba-Ku yang mu’min, yang lemah-lembut, yang tenang tenteram."

Dalam keterangan yang lain :

"Sesungguhnya semua petala langit dan bumi akan menjadi sempit untuk merangkul-Ku akan tetapi Aku mudah untuk direngkuh oleh qalb seorang mukmin. Berkata Wahab bin Munabbih, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Allah Ta’ala telah berfirman: Sesungguhnya semua petala langit-Ku dan bumi-Ku menjadi sempit untuk merangkul-Ku, akan tetapi Aku mudah untuk dirangkul oleh qalb hamba-Ku yang mu’min.”  (HR. Ahmad)


Supaya manusia tetap di rel tujuan penciptaan - menjadi cermin Tuhan, manusia butuh untuk senantiasa meneladani sifat-sifat Tuhan. Manusia butuh untuk senantiasa berkomunikasi dengan Tuhan. Untuk itu Tuhan mengajarkan cara-cara berkomunikasi dengan Tuhan melalui para nabi dan rasulNya. Dan terciptalah konsepsi ibadah. Kalau memang kita renungkan, konsepsi ibadah senantiasa akan berujung dalam penaladanan akhlak-akhak Tuhan.

Konsepsi syahadah (kesaksian) adalah pondasi kita dalam mengakui kebesaran Tuhan yang telah menciptakan seluruh semesta dan isinya untuk kita. "Alastu birobbikum" - bukankan Aku ini Rabbmu? kata rabb meliputi makna pemelihara, pencipta, pendidik, pengayom dan lain sebagainya. Dan kita mengakuinya "Bala Syahidna" - betul kami bersaksi.

Konsepsi sholat adalah pengakuan kita untuk senantiasa berkomunikasi dengan Tuhan. Sholat adalah bentuk penyerahan diri kita yang serba keterbatasan dihadapan yang Tak Terbatas dan menegaskan komitmen kita untuk senantiasa berada dalam hakikat penciptaan (menjadi cermin Tuhan). Di dalam sholat kita diajari Tuhan untuk senantiasa berkata "Sesungguhnya segala doaku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Tuhan semesta Alam - menyebarkan sifat-sifat Tuhan - menjadi cermin Tuhan".

Setelah berkomunikasi dengan Tuhan melalui sholat, kita di tuntut untuk merealisasikan pengakuan kita dalam bentuk zakat. Tuhan yang serba berada dalam kecukupan dan keberlimpahan yang tak berhingga, Maha Kaya lagi Maha Terpuji senantiasa mengasihi hambaNya dengan melimpahkan segala rizki kepada  hamba-hambaNya. Teladani Aku dalam memberi melalui zakat. Kurang lebih begitulah pesan Tuhan. Berilah mereka yang kekurangan. "Temui Aku di tempat-tempat kelaparan dan kedinginan". 

Melalui konsepsi puasa, kita meneladani sifat-sifat Tuhan yang lain, yang tidak makan dan tidak minum, sembari mengasah kita merasakan bagaimana rasanya kelaparan dan kehausan supaya kita lebih peduli terhadap mereka yang lapar dan kehausan.

Akhirnya konsepsi haji menyatukan kita dalam kebersamaan tanpa membedakan asal-asul dan kelas-kelas sosial yang kita definisikan sendiri dalam hidup. Dalam haji kita menyadari, semua sama di mata Tuhan. Tidak hitam tidak putih, tidak kaya tidak miskin kita semua berjuang menggapai ridhoNya. Kita berjuang untuk menggapai ridhoNya. Haji adalah miniatur kecil hidup kita, datang ke bumi (lahir) yand direpresentasikan dalam ihram dan thawaf kita. Berjuang dalam hidup nyata, seperti perjuangan Hajar yang penuh kesungguhan untuk memberi minum Ismail kecil, representasi shafah dan marwah kita. Bermasyarakat, seperti kumpulnya kita bersama dalam suatu tempat yang disebut arafah dalam prosesi wukuf kita. Menghadapi perjuangan dan godaan dari kita dan dari luar kita, seperti representasi "balang jumroh" untuk membuang sikap jelek kita, menganggap syetan sebagai musuh nyata di akhiri dengan proses tahalul (mencukur rambut) kita sebagai penanda bahwa pada akhirnya kita semua akan meninggal dan akan kembali kepadaNya.

Dalam terminologi Islam, ibadah kita yang bersifat ritual harus berimbas kepada sifat sosial kita. Alquran menyebutkan "shalat harus dapat mencegah perbuatan keji dan munkar". Segala ibadah ritual selain sholat jika kita tidak bisa melakukannya bisa diganti dengan ibadah sosial (contohnya puasa dengan fidyah). Tapi tidak sebaliknya, segala prilakus sosial kita yang buruk tidak bisa kita hapuskan dengan ibadah sebelum kita minta maaf kepada orang yang kita telah bersikap buruk kepadanya. Jelas sekali, akhlak adalah tolak ukur Islam. "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak" itulah kata Nabi Muhammad Saw. Pondasi muslim terdiri dari Iman-Islam dan Ihsan. Iman adalah teorinay, Tauhid kita kepada Tuhan adalah wujudnya. Islam teorinya, Syariat yang kita lakukan sehari-hari adalah wujudnya. Ihsan teorinya, akhlak kita dalam bertindak adalah wujud nyatanya.

Allah adalah Maha Sempurna, tidak membutuhkan apapun dari hambaNya. Tuhan tidak butuh sholat kita, tidak butuh puasa kita, tidak butuh zakat kita, tidak butuh haji kita kitalah yang butuh itu semua untuk bisa meneladai sifat-sifat Tuhan karena kita tercipta untuk menjadi cermin Tuhan. Gambaran itu terekam dalam hadits qudsi berikut :

Allah berfirma : " Wahai hamba-hambaKu,  kalian tidak bisa memberikan mudharat atau manfaat kepadaKu. Seandainya yang pertama sampai yang terakhir dari kamu semuanya bertakwa, maka hal itu tidak menambah sedikitpun kekuasaanKu. Seandai yang pertama dari kamu sampai yang terakhir dari kamu bermaksiat kepadaKu, itu tidak mengurangi sedikitpun kekuasaanKu. Seandainya yang pertama dari kamu sampai yang terakhir bermohon kepadaKu lalu aku penuhi mereka masing-masing apa yang dimohonkannya, maka hal itu tidak mengurangi sedikitpun apa yang Ku-miliki kecuali seperti jarum yang dicelupkan ke dalam samudra ". (Hadist Riwayat Muslim, Tarmidzi dan Ibnu Majah)


Segala sesuatu di alam ini memang tercipta untuk manusia, tapi manusia tercipta bukan untuk apa yang ada di alam ini, manusia tercipta dengan tujuan terbesar, yakni menjadi cermin Tuhan, merealisasikan akhlak-akhlak Tuhan dalam kehidupan yang nyata.

Harta, tahta dan kekuasaan adalah sarana untuk mewujudkan tujuan penciptaan itu. Jika ada manusia yang tunduk kepada harta, tahta dan kekuasaan ia telah menyimpang, ia telah berlaku kafir. Tujuan telah tertutupi oleh sarana. Ingat makna "kafir" secara harfiah berarti "tertutupi". Harta, tahta dan kekuasaan memang tercipta untuk manusia, tapi manusia tercipta bukan untuk mereka, manusia tercipta untuk menjadi cerminNya. Jadi sadarlah kita ini adalah cermin-cermin Tuhan kawan :)


Note : tulisan ini tadinya saya ingin ikut sertakan di lomba blog pada bulan ramadhan kemarin (bulan agustus), tapi tidak selesai-selesai, baru selesai  hari ini 4 Nov 2010. Proses penulisannya menjadi empat bulan :)

Rabu, 04 Agustus 2010

Hmm...masih menabung di Bank?

Tadi malam saya membaca warta ekonomi terbaru. Disana ada info yang cukup menarik membahas kiprah grup Astra Internasioan (AI) yang memegang lisensi beberapa merek terkenal dibidang otomotif seperti Toyota, Honda, Daihatsu dll. AI menyebut mereka ini sebagai 'prinsipal'. Apakah info penting tersebut? Pertama bahwa para prinsipal Astra sedang mengalami kesulitan keuangan. Honda pemegang merek yang cukup disegani ternyata merugi dilini bisnis roda empatnya tetapi tertolong dengan lini bisnis dari roda duanya. Toyota juga sama, recall besar-besaran produk Toyota menyebabkan Toyota 'masuk angin dan demam-deman' dalam masalah finansial mereka. Impactnya AI yang biasanya mendapatkan kemudahan dana dari negara prinsipal untuk tahun ini sepertinya kesulitan. Jor-joran dana dari pihak prinsipal tidak bisa diharapkan. Astra dituntut untuk mengembangankan inovasi mandiri dan melakukan ekspansi disektor lain (selain otomatif) seperti perkebunan dan infrastruktur.

Kenapa para prinsipal sampai mengalami masalah keuangan? Ini terkait dengan masalah ekonomi global yang cenderung tidak menguntungkan Jepang belakangan ini. Nilai Yen terus menguat terhadap dollar. Jepang yang menyandarkan ekonominya pada sektor export jelas mengalami pukulan yang telak dengan penguatan Yen ini. Perdagangan export Jepang menjadikan dollar sebagai acuannya. Akibatnya ketika Yen menguat terhadap dollar atau dollar melemah terhadap Yen maka nilai export Jepang juga otomatis akan melemah.

Hal lain yang menyebabkan para prinsipal Jepang itu juga mengalami 'masalah' keuangan mereka adalah krisis Yunani di Eropa. Krisis Yunani mengakibatkan negara-negara Eropa memberikan dana talangan kepada Yunani. Akibatnya supply Euro menjadi meningkat drastis, sehingga nilai Euro pun melemah. Dengan melemah nilai Euro otomatis harga-harga menjadi lebih mahal sehingga menurunkan daya beli masyarakat Eropa sendiri. Ini mengakibatkan export Jepang ke Eropa juga mengalami penurunan yang drastis. Kejadian serupa mirip ketika Amerika juga memberikan dana talangan kepada perusahaan-perusahaan yang bangkrut, supply dollar meningkat drastis dan nilai dollar mengalami penurunan pada saat itu.

Apa yang terjadi terhadap Indonesia bila benar-benar para prinsipal itu mengalami kebangkrutan? Jawabnya adalah 'mengerikan'. Indonesia adalah partner Jepang dalam perdagangan. Investasi Jepang di Indonesia melalui grup AI saja luar biasanya besarnya. Kalau sampai gulung tikar, kemungkinan besar PHK besar-besaran juga terjadi di Indonesia. Kondisi ekonomi di Indonesia mengalami guncangan besar, supply barang berkurang sementara nilai rupiah yang beredar tetap sehingga kemungkinan besar nilai rupiah akan mengalami penurunan drastis, artinya daya beli masyarakat juga sangat rendah. Harga barang-barang akan melambung tinggi akibat menurunnya nilai rupiah ini. Hmm...dan beruntunglah mereka yg menginvestasikan uangnya dalam bentuk mas dan perak (dinar dan dirham) dan merugilah mereka yang menginvestasikan uangnya dalam tabungan di Bank.


24 Sya'ban 1431 H