Total Tayangan Halaman

Rabu, 03 November 2010

Kita adalah cermin-cermin Tuhan

Dalam sebuah kata yang indah dan kaya makna, Jalaluddin Rumi dalam Fihi Ma Fihi mengatakan "Segala yang paling awal di fikiran adalah akhir ketika menjadi perbuatan". Ide adalah yg menggerakkan langkah kita dalam membuat sesuatu menjadi maujud. Bentuk real ide akan menjadi akhir dari sebuah proses kreasi dan usaha kita. Ide kita yang sederhana "saya ingin memiliki rumah" pada proses kreatifnya lumayan panjang. Jika proses ingin memiliki rumah itu ingin kita wujudkan dengan prosesi 'membagun rumah' maka serangkaian proses kreatif kita muncul, dari mulai pengumpulan dana, pengumpulan bahan, perekrutan tukang, proses pembangunan dan pengasawannya. Setelah sekian proses kreatif tersebut terangkai dalam rangkaian waktu dan usaha maka akhirnya maujudlah rumah tersebut, dan saat itulah baru ide "saya ingin memiliki rumah" menjadi nyata. Ia yang paling awal difikiran (ide) adalah akhir ketika menjadi perbuatan, indah sekali.

Allah Swt, Tuhan Yang Maha Indah, Maha Sempurna melihat diriNya begitu Indah dan Sempurna. Tapi Keindahan dan KesempurnaanNya itu tidak dikenali oleh selainNya. Maka Allah menginingkan agar Keindahan dan Kesempurnaan itu dikenali oleh selainNya. Tuhanpun beride menciptakan sesuatu makhluk yang bisa menjadi 'cermin' bagi diriNya. Makhluk tersebut harus mewarisi sebagain sifat-sifatNya. Ia  Mencipta, makhluk tersebut harus bisa mencipta. Ia Merusak, makhluk tersebutpun bisa merusak. Ia bebas berkehendak maka makhluk itu pun juga harus bebas berkehendak. Katakanlah makhluk yang masih menjadi ide ini akan disebut 'manusia'. Manusia yang masih dalam tataran konsep.

Untuk mewujudkan ide 'manusia' maka Tuhanpun menciptakan sarana-sarana yang akan mendukung semua fungsionalitas 'manusia' dan 'kemanusiaan'. Dalam kontruksi Teologis disebutkan bahwa Tuhan pertama kali menciptakan qalam (ilmu pengetahuan). Sehingga surat yang pertama kali turun dalam Al-Quran pun diberi nama surat Al-Qalam. Ia menjadi pondasi dasar dari 'manusia' dan 'kemanusiaan'. Pondasi dasar dari proses kreasi dan kreatif manusia.

Setelah qalam tercipta, Tuhan pun menciptakan hal-hal lain yang akan menjadi fasilitas manusia. Tuhan menciptakan langit dan bumi, Tuhan menciptakan para malaikat dan Iblis, Tuhan menciptakan surga dan neraka, dan Tuhan terus mencipta alam semesta dan lain sebagainya. Terminologi bible menyebut bahwa proses penciptaan itu terjadi dalam enam hari dan manusia (Adam As) tercipta pada hari ke-6, hari 'terakhir' dalam proses mencipta itu. Sementara terminologi Alquran menyebutkan proses kreatif penciptaan alam semesta ini dalam enam masa.

Sebelum manusia pertama (Adam) tercipta. Tuhan telah menciptakan makhluk-makhluk yang begitu dekat dengan diriNya. Diantaranya adalah malaikat dan iblis. Dalam sebuah hadits qudsi, ketika Tuhan telah menciptakan Surga, Tuhan menyuruh salah satu malaikatNya untuk memberi penilaian tentang surga tersebut. Ketika itu sang malaikat berkata bahwa orang yang melihatnya pasti akan menginginkan untuk memasuki dan berdiam diri di dalamnya. Kemudian Tuhan melakukan perubahan terhadap surga tersebut, kemudian disuruhnya sang malaikat untuk melihatnya kembali. Setelah melihat surga untuk kedua kalinya sang malaikat berkomentar "aku khawatir tak seorangpun dapat memasukinya". Kemudian Tuhan meciptakan neraka dan menyuruh sang malaikat untuk melihatnya. Setelah melihatnya, sang malaikat berkata ia yakin tak seorangpun yang mau memasukinya. Kemudian Tuhan menghias neraka dengan berbagai kesenangan, sang malaikat kembali menengoknya dan akhirnya berkomentar ia khawatir tak ada seorang pun yang bisa luput darinya (neraka).

Komunikasi Tuhan dengan makhluk ciptaanNya telah menjadi hal yang biasa karena salah satu sifat Tuhan adalah Al-Kalam (Ia berkomunikasi dengan selain diriNya). Sebagaimana kita yang sering menceritakan keinginan dan cita-cita kita kepada teman dekat atau orang yang kita percayai, Tuhan pun bercerita tentang rencanaNya terhadap bumi (al-ard). Bahwa di bumi yang begitu indah dan penuh pesona dengan segala keanekaragaman di dalamnya, nanti Tuhan akan menciptakan wakilNya - dalam terminologi Al-Quran disebut khalifah.

Tuhanpun menggambarkan sifat-sifat khalifahNya untuk bumi itu. Berbagai macam sifat baik disebutkan, bahwa makhluk tersebut biasa berkreasi dalam proses penciptaan, bisa bebas berkehendak, bisa saling welas asih dan penuh cinta kepada sesamanya, bisa saling tolong menolong dan segudang sifat baik lainnya. Tuhan pun menceritakan bahwa selain sifat-sifat baik yang ada pada makhluk tersebut, makhluk tersebut juga bisa terjerumus dalam kehancuran karena kebebasan yang diberikan kepadanya dapat membawanya dalam membuat kerusakan dan saling menumpahkan darah dengan sesamanya.

Mendengar gambaran Tuhan tentang makhluk baru tersebut, malaikat tertegun dan bingung. Para malaikat melihat diri mereka begitu dekat dan taat kepada Tuhan, tidak pernah membantah dan selalu bertasbih dan memuji Tuhan. Malaikat tidak menjumpai kekurangan pada diri mereka. Sedangkan makhluk baru yang akan menjadi khalifah ini selain memiliki potensi kebaikan ia juga memiliki potensi-potensi keburukan. Malaikat menganggap mereka lebih baik dibandingkan makhluk yang baru dalam tataran konsep itu. Mereka merasa merekalah yang seharusnya diberi amanat untuk menjadi khalifatNya di muka bumi itu. Akhirnya para malaikat melakukan protes massal kepada Tuhan, peristiwa ini jelas terekam dalah Al-Quran dalam Surat Al-Baqarah Ayat 30 berikut :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:30)

Tuhan Maha Mengetahui pesan tersembunyi para malaikat tersebut. Para malaikat sebenarnya ingin meminta sebaiknya tugas kekahlifahan itu diserahkan kepada mereka karena merasa bahwa mereka lebih baik dari makhluk baru tersebut. Anggapan mereka itu salah, sesungguhnya makhluk baru tersebut adalah ide dasar seluruh penciptaan dan lebih baik dari seluruh alam (termasuk para malaikat di dalamnya). Dalam suatu hadits qudsi Tuhan pernah berfirman bahwa satu jiwa manusia di sisi Tuhan lebih berharga dibandingkan dengan seluruh alam dan isinya.

Ketika seluruh sarana untuk 'manusia' sudah tercipta maka Tuhan mewujudkan Ide DasarNya. Ia ciptakan manusia dari segumpal tanah karena manusia akan hidup, mati dan dibangkitkan dari tanah. Terciptalah Adam, manusia pertama. Kemudian Tuhan pun mengajari Adam dengan Al-Qalam. Baca surat Al-Qalam ayat 1 sampai 5. Tuhan mengajari Adam untuk mendefinisikan sesuatu, Ia mengajari Adam untuk mendefinisikan segala sesuatu di alam raya. Dalam terminologi Al-Quran Tuhan mengajari Adam 'nama-nama seluruhnya'. Setelahnya, Tuhan mengadu Adam dengan para malaikat. Manusia yang dianggap oleh para malaikat makhluk yang lebih rendah dibandingkan mereka kenyataannya lebih baik. Berikut gambaran Al-Quran tentang peristiwa tersebut :


Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu orang-orang yang benar!" (QS. 2:31)

Jika kamu orang-orang yang benar dalam ayat ini diartikan "jika kamu benar merasa lebih baik dibandingkan dengan manusia".

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS. 2:32)

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?" (QS. 2:33)

Firman Allah "mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan", yang kamu lahirkan adalah protest kepadaKU, sedangkan yang kamu sembunyikan lagi jauh lebih mengerikan, karena di dalam hati kamu semua ada kesombongan (engkau merasa lebih baik dibandingkan makhluk yang bernama 'manusia') ini. Sedangkan kesombongan adalah pakaian kebesaran Tuhan yang tidak patut dikenakan oleh para hamba-Nya. Tuhan mengancam bagi siapa saja yang ada kesombongan di hatinya, diharamkan surgaNya bagi orang tersebut.

Allah berfirman : "Kebesaran/Kesombongan adalah pakaianKu, keagungan adalah sarung-Ku, siapapun yang menyaingi-Ku akan kulemparkan ia ke neraka" (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)

Sebagai bentuk tebusan atas kesombongan yang dilakukan oleh para malaikat, Tuhan menyuruh mereka semua untuk bersujud kepada Adam. Al-Quran merekam persitiwa tersebut dalam ayat berikut :


Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. 2:34)

Iblis yang menolak untuk bersujud kepada Adam pun terusir dari surga dan memendam kebencian dan dendam kepada Adam. Iblis pun mendeklarasikan permusuhannya kepada manusia di hadapan Tuhan seperti terekam dalam ayat berikut :

Karena Engkau menghukumi aku sesat, maka aku akan menyesatkan hamba-Mu dari jalan yang lurus. Kemudian aku akan datangi mereka dari hadapan mereka, dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka sampai Engkau tidak mendapati mereka ada yang bersyukur (al-A'raf :16-17)

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Adam (manusia) adalah pusat penciptaan karena merupakan ide awal dari proses penciptaan itu sendiri, yang di desain untuk menjadi cermin Tuhan dan akan menjadi khalifahNya di bumi. Dan seperti telah dijelaskan sebelumnya, segala sesuatu di dunia ini tercipta untuk manusia, termasuk malaikat dan iblis di dalamnya. Kejatuhan Adam dari Surga dalam perspektif Islam bukanlah sesuatu yang harus di sesali oleh seluruh anak Adam, dalam perspektif Islam itu adalah suatu keharusan. Di sini dengan jelas dan tegas Islam menolak doktrin dosa waris yang dianut oleh saudara-saudara kita yang beragama kristen. Dalam perspektif Islam, Adam tercipta untuk bumi sebagai wakilNya di bumi, bukan tercipta untuk hidup di surga yang penuh kesempurnaan.

Menjadi cermin Tuhan berarti manusia diserahi tanggung jawab untuk menyebarkan sifat-sifat ketuhanan. Manusia harus meneladani akhlak-akhlak Tuhan. Dalam AlQuran Tuhan selalu mengawali komunikasi dengan manusia dengan mendeklariskan diriNya dengan sifat Maha Pengasih, Maha Penyayang. Itu artinya setiap kita senantiasa diajak untuk mewarisi sifat-sifat penuh kasih dan sayang. Ar-Rahman (Maha Pengasih) dalam kajian waktu saya tinggal di pesantren artinya Tuhan mengasihi seluruh makhluknya, tidak membeda-bedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Para pembangkangpun sangat dikasihiNya. Ini mengajarkan kepada kita, kita harus senantiasa berbuat baik kepada orang lain, tidak peduli ia kawan atau dia lawan. Seorang muslim kata Imam Ali Kw harus bisa berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya, juga harus berbuat baik terhadap orang-orang yang memusuhinya.

"Kamu masih berakhlak anjing, jika kamu hanya bisa berbuat baik hanya terhadap mereka yang berbuat baik kepadamu. Kamu baru dikatakan berakhlak sebagai seorang muslim jika kamu bisa berbuat baik juga terhadap mereka yang memusuhimu." Begitu Kata Imam Ali Kw. Inilah perwujudan sifat Tuhan dalam Ar-Rahman yang harus diteladani oleh manusia.

Sifat Ar-Rahim (Maha Penyayang) adalah untuk makhluk-makhluk yang Tuhan sangat berkenan terhadapnya. Ini untuk orang-orang yang dalam terminologi Islam telah memperoleh RidhaNya. Sifat Rahimnya ditujukan kepada orang-orang yang berhasil menjadi cermin bagi diriNya. Yang berhasil mewujudkan sifat-sifatNya di bumi. Hati-hati orang-orang seperti ini mampu menampung kebesaran Tuhan yang penuh Cinta. Yang digambarkan dalam hadits-hadits berikut :

Orang bertanya kepada Rasulullah saw.,  ”Wahai Rasulullah! Dimanakah Allah? Di bumi atau di langit?” Rasulullah saw. menjawab, ”Allah Ta’ala berfirman: Tidak termuat AKU oleh bumi-Ku dan lelangit-KU tapi termuat Aku oleh qalb(hati)  hamba-hamba-Ku yang mu’min, yang lemah-lembut, yang tenang tenteram."

Dalam keterangan yang lain :

"Sesungguhnya semua petala langit dan bumi akan menjadi sempit untuk merangkul-Ku akan tetapi Aku mudah untuk direngkuh oleh qalb seorang mukmin. Berkata Wahab bin Munabbih, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Allah Ta’ala telah berfirman: Sesungguhnya semua petala langit-Ku dan bumi-Ku menjadi sempit untuk merangkul-Ku, akan tetapi Aku mudah untuk dirangkul oleh qalb hamba-Ku yang mu’min.”  (HR. Ahmad)


Supaya manusia tetap di rel tujuan penciptaan - menjadi cermin Tuhan, manusia butuh untuk senantiasa meneladani sifat-sifat Tuhan. Manusia butuh untuk senantiasa berkomunikasi dengan Tuhan. Untuk itu Tuhan mengajarkan cara-cara berkomunikasi dengan Tuhan melalui para nabi dan rasulNya. Dan terciptalah konsepsi ibadah. Kalau memang kita renungkan, konsepsi ibadah senantiasa akan berujung dalam penaladanan akhlak-akhak Tuhan.

Konsepsi syahadah (kesaksian) adalah pondasi kita dalam mengakui kebesaran Tuhan yang telah menciptakan seluruh semesta dan isinya untuk kita. "Alastu birobbikum" - bukankan Aku ini Rabbmu? kata rabb meliputi makna pemelihara, pencipta, pendidik, pengayom dan lain sebagainya. Dan kita mengakuinya "Bala Syahidna" - betul kami bersaksi.

Konsepsi sholat adalah pengakuan kita untuk senantiasa berkomunikasi dengan Tuhan. Sholat adalah bentuk penyerahan diri kita yang serba keterbatasan dihadapan yang Tak Terbatas dan menegaskan komitmen kita untuk senantiasa berada dalam hakikat penciptaan (menjadi cermin Tuhan). Di dalam sholat kita diajari Tuhan untuk senantiasa berkata "Sesungguhnya segala doaku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Tuhan semesta Alam - menyebarkan sifat-sifat Tuhan - menjadi cermin Tuhan".

Setelah berkomunikasi dengan Tuhan melalui sholat, kita di tuntut untuk merealisasikan pengakuan kita dalam bentuk zakat. Tuhan yang serba berada dalam kecukupan dan keberlimpahan yang tak berhingga, Maha Kaya lagi Maha Terpuji senantiasa mengasihi hambaNya dengan melimpahkan segala rizki kepada  hamba-hambaNya. Teladani Aku dalam memberi melalui zakat. Kurang lebih begitulah pesan Tuhan. Berilah mereka yang kekurangan. "Temui Aku di tempat-tempat kelaparan dan kedinginan". 

Melalui konsepsi puasa, kita meneladani sifat-sifat Tuhan yang lain, yang tidak makan dan tidak minum, sembari mengasah kita merasakan bagaimana rasanya kelaparan dan kehausan supaya kita lebih peduli terhadap mereka yang lapar dan kehausan.

Akhirnya konsepsi haji menyatukan kita dalam kebersamaan tanpa membedakan asal-asul dan kelas-kelas sosial yang kita definisikan sendiri dalam hidup. Dalam haji kita menyadari, semua sama di mata Tuhan. Tidak hitam tidak putih, tidak kaya tidak miskin kita semua berjuang menggapai ridhoNya. Kita berjuang untuk menggapai ridhoNya. Haji adalah miniatur kecil hidup kita, datang ke bumi (lahir) yand direpresentasikan dalam ihram dan thawaf kita. Berjuang dalam hidup nyata, seperti perjuangan Hajar yang penuh kesungguhan untuk memberi minum Ismail kecil, representasi shafah dan marwah kita. Bermasyarakat, seperti kumpulnya kita bersama dalam suatu tempat yang disebut arafah dalam prosesi wukuf kita. Menghadapi perjuangan dan godaan dari kita dan dari luar kita, seperti representasi "balang jumroh" untuk membuang sikap jelek kita, menganggap syetan sebagai musuh nyata di akhiri dengan proses tahalul (mencukur rambut) kita sebagai penanda bahwa pada akhirnya kita semua akan meninggal dan akan kembali kepadaNya.

Dalam terminologi Islam, ibadah kita yang bersifat ritual harus berimbas kepada sifat sosial kita. Alquran menyebutkan "shalat harus dapat mencegah perbuatan keji dan munkar". Segala ibadah ritual selain sholat jika kita tidak bisa melakukannya bisa diganti dengan ibadah sosial (contohnya puasa dengan fidyah). Tapi tidak sebaliknya, segala prilakus sosial kita yang buruk tidak bisa kita hapuskan dengan ibadah sebelum kita minta maaf kepada orang yang kita telah bersikap buruk kepadanya. Jelas sekali, akhlak adalah tolak ukur Islam. "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak" itulah kata Nabi Muhammad Saw. Pondasi muslim terdiri dari Iman-Islam dan Ihsan. Iman adalah teorinay, Tauhid kita kepada Tuhan adalah wujudnya. Islam teorinya, Syariat yang kita lakukan sehari-hari adalah wujudnya. Ihsan teorinya, akhlak kita dalam bertindak adalah wujud nyatanya.

Allah adalah Maha Sempurna, tidak membutuhkan apapun dari hambaNya. Tuhan tidak butuh sholat kita, tidak butuh puasa kita, tidak butuh zakat kita, tidak butuh haji kita kitalah yang butuh itu semua untuk bisa meneladai sifat-sifat Tuhan karena kita tercipta untuk menjadi cermin Tuhan. Gambaran itu terekam dalam hadits qudsi berikut :

Allah berfirma : " Wahai hamba-hambaKu,  kalian tidak bisa memberikan mudharat atau manfaat kepadaKu. Seandainya yang pertama sampai yang terakhir dari kamu semuanya bertakwa, maka hal itu tidak menambah sedikitpun kekuasaanKu. Seandai yang pertama dari kamu sampai yang terakhir dari kamu bermaksiat kepadaKu, itu tidak mengurangi sedikitpun kekuasaanKu. Seandainya yang pertama dari kamu sampai yang terakhir bermohon kepadaKu lalu aku penuhi mereka masing-masing apa yang dimohonkannya, maka hal itu tidak mengurangi sedikitpun apa yang Ku-miliki kecuali seperti jarum yang dicelupkan ke dalam samudra ". (Hadist Riwayat Muslim, Tarmidzi dan Ibnu Majah)


Segala sesuatu di alam ini memang tercipta untuk manusia, tapi manusia tercipta bukan untuk apa yang ada di alam ini, manusia tercipta dengan tujuan terbesar, yakni menjadi cermin Tuhan, merealisasikan akhlak-akhlak Tuhan dalam kehidupan yang nyata.

Harta, tahta dan kekuasaan adalah sarana untuk mewujudkan tujuan penciptaan itu. Jika ada manusia yang tunduk kepada harta, tahta dan kekuasaan ia telah menyimpang, ia telah berlaku kafir. Tujuan telah tertutupi oleh sarana. Ingat makna "kafir" secara harfiah berarti "tertutupi". Harta, tahta dan kekuasaan memang tercipta untuk manusia, tapi manusia tercipta bukan untuk mereka, manusia tercipta untuk menjadi cerminNya. Jadi sadarlah kita ini adalah cermin-cermin Tuhan kawan :)


Note : tulisan ini tadinya saya ingin ikut sertakan di lomba blog pada bulan ramadhan kemarin (bulan agustus), tapi tidak selesai-selesai, baru selesai  hari ini 4 Nov 2010. Proses penulisannya menjadi empat bulan :)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Panjang sekali pembahasaanya, sebaiknya dibuat dalam 2 bagian kali ya :D.