Total Tayangan Halaman

Senin, 20 Oktober 2008

catatan tentang pilkada serang

Hari ini aku baca Koran Tempo di Bus. Ada berita tentang Putaran kedua pemilihan Walikota Serang. Hasilnya untuk sementara Pasangan Benyamin-Khaerul Jaman menjadi pemenang. Koran Tempo menulis perbandingan perolehan suarannya adalah 59, 3 dan 32,17. Tapi aku kok miris ya partisipasi warga dalam pemilu kali ini termasuk minim. Menurut Enan Nadia (Ketua Kelompok Kerja Sosialisasi KPU Serang) hampir separuh dari pemilih tidak menggunakan hak pilihnya. Contoh real di Kelurahan Kaligandu, Serang dari 577 pemilih hanya 222 orang yang menggunakan hak pilihnya.

Terus baca dari milis wongbanten. Pemilu putaran kedua ini juga diwarnai dengan serangan fajar, pembagian uang dari salah satu pasangan calon. Ada posting dari salah satu member milis wongbanten yang katanya malas milih karena merasa dirinya terhina oleh ‘kiriman amplop’ tersebut.

Politik seperti ini tak beretika bahkan biadab. Biadab karena dilakukan oleh orang yang mengaku beragama. Biadab karena membarterkan kemiskinan dengan kekuasaan. Biadab karena mengambil keuntungan dari ketidakberdayaan mereka-mereka yang terpinggirkan dan termarginalkan dari kekuasaan.

Melihat realita pemilihan ini, saya jadi ingat perkataan Nabi Saw “Kemiskinan itu dekat dengan kekufuran”, saya juga teringat perkataan Imam Ali Kw “Seandainya kemiskinan itu berwujud seorang manusia, maka akulah orang pertama yang akan membunuhnya”. Begitu jelas masih banyak warga kota Serang yang hidup dalam kemiskinan sehingga membarterkan haknya dengan dua lembar uang lima ribuan atau selembar uang dua puluh ribuan. Jargon Serang BERTAKWA jelas sebuah kekosongan, Sederatan Asma’ul Husna di Sepanjang jalan kota Serang adalah kemunafikan yang jelas dipertontonkan. Terkadang dalam banyak hal agama dijadikan kedok. Kedok untuk menarik dana, simpati dan dukungan. Setelah itu semua dilupakan.

Sikap kita? Bingung. Melawan tak bisa. Diam saja berdosa. Ya Allah ampuni kami semua.

Tidak ada komentar: